Oleh: Retno Widyaningsih, S.Pd
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Padamara
HASIL belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam dari dalam diri siswa terdiri dari jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) dan psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan kelelahan. Sedangkan faktor luar yaitu keluarga (cara orang tua mendidik), sekolah (metode mengajar), serta masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul,).
Quantum teaching dan quantum learning adalah model pembelajaran yang bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan di kelas dengan teknik tertentu. Seperti pemakaian musik, permainan dan sebagainya. Pendekatan ini memiliki sisi bermain, yakni bermain kartu yang berisi soal atau jawaban dan di bagi secara acak. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang dan mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal dan jawaban).
Muslim dalam Putra (2006) mengungkapkan, untuk mencapai hasil maksimal, unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Yaitu siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok seperti milik mereka sendiri. Kemudian siswa harus mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama. Lalu siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya. Serta siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual tentang materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Sugiyanto (2009), teknik belajar mengajar mencari kartu berpasangan dikembangkan oleh Larana Curran. Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan kooperatif dan quantum teaching serta quantum learning. Dalam pembelajaran ini, siswa membentuk kelompok. Hanya saja kelompok lebih besar.
Salah satu keunggulan pembelajaran kooperatif metode kartu berpasangan yang dibuat oleh siswa sendiri adalah siswa membuat sendiri kartu-kartu kata berpasangan. Dengan hasil buatan sendiri tersebut, siswa akan merasa senang ketika belajar menyusun kartu kata. Dengan begitu, siswa menjadi aktif. Tentu saja siswa tidak hanya menggunakan kartu berpasangan yang dibuat sendiri. Akan tetapi dengan bimbingan guru, siswa menggunakan kartu-kartu temannya/kelompok lain. Dengan begitu, permainan menjadi ramai karena siswa melakukan kerjasama dengan temannya.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif kartu berpasangan yang dibuat oleh siswa sendiri adalah sebagai berikut. Pertama, guru memberikan tugas siswa untuk membuat beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Kedua, setiap siswa mendapatkan satu buah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.
Ketiga, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. Keempat, siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban). Kelima, setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai. Keenam, setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.
Ketujuh, setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Kedelapan, presentasi hasil kelompok atau kuis. Kesepuluh, guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Setiap langkah-langkah tersebut memiliki tujuan yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran kooperatif.
Akhirnya didapatkan simpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris dengan mengunakan media kartu tersebut berjalan menyenangkan, sehingga mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa merasa enjoy dengan model pembelajaran tersebut dan berakibat naiknya tingkat pemahaman hasil belajar. (*)