Oleh: Setyo Nugroho, S,Pd., M.Pd.
Guru Biologi SMA N 1 Demak
KONSEP reformasi pendidikan melalui tranformasi kurikulum merdeka belajar saat ini memberikan angin segar bagi kebebasan guru untuk mengajar pada level yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Merdeka belajar menjadi start up berfikir. Maka, esensi kemerdekaan berfikir ini harus menjadi awal berfikir guru terlebih dahulu. Hal tersebut sangat relevan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan sejati adalah memerdekakan manusia seutuhnya, bersifat humanis, dan berpihak pada murid.
Dua konsep inspiratifnya yaitu kemerdekaan dan kemandirian. Sementara fakta lain, masih ditemukan pembelajaran yang kurang memperhatikan ide kreatif dan potensi pengetahuan peserta didik. Guru masih menunjukan egosentrisnya pada skenario pembelajaran. Padahal, guru seharusnya menuansakan sistem pembelajaran yang tidak hanya memberikan penjelasan. Tetapi harus berani membiasakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik berargumen, mandiri, berdab, berkompetensi, sopan, dan cerdik dalam bergaul. Demikian pula pada pembelajaran biologi. Guru harus bisa bergerak dan terlibat penuh dalam pemusatan ide kreatif dalam pelaksanaannya.
Pembelajaran Biologi harus memberikan pembelajaran bermakna dan menyenangkan. Salah satu implementasi ide gagasan kreatif yang bisa dilakukan adalah melalui eco biology school. Program ini menjadi aksi nyata bagaimana kolaborasi semua unsur komunitas praktis pembelajaran dapat berlangsung di sekolah. Yakni tentang bagaimana pengelolaan sampah dan lingkungan berhirarki dengan pembelajaran biologi secara terpadu. Pemilahan sampah, pengolahan sampah, penjualan hasil sampah dan transfer keterampilan bermanfaat untuk mengolah sampah menajadi unsur nilai ekonomi kreatif.
Beberapa hal yang menjadi nilai-nilai belajar merdeka dan merdeka mengajar adalah terjalin serta terciptanya simbiosis dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Guru-guru Biologi bisa bermitra dengan semua unsur. Di antaranya guru-guru mata pelajaran PKWU, Kimia. Kemudian pengelola bank sampah sekolah, pengelola composting, komposter, serta dunia usaha luar.
Wujud nyata dalam pembelajaran dan pembiasaan eco biology school mempunyai dampak manufaktur kelembagaan dan pendidikan karakter di sekolah. Satu sisi, pembejaran biologi merdeka belajar dan merdeka mengajar memberikan dampak pentehuan. Selain itu, memberikan keterampilan baru bagi peserta didik untuk belajar tentang pengelolaan sampah. Sekaligus berpraktek menghasilkan produk kreatif dalam pengeloaan sampah,
Menurut David Ausubel, belajar dengan menerima jauh lebih bermakna daripada belajar dengan menemukan. Dan belajar dengan membangun konstruksi pengetahuan baru lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan. Ada tiga manfaat penting dalam penerapan pembelajaran bermakna dengan eco biology school bagi peserta didik. Pertama, informasi pengelolaan sampah dan lingkungan dapat menjadi role model pengelolaan sampah dan bank sampah terintegrasi. Adanya kolaborasi antar anggota komunitas dapat mewujudkan eco biology school. Kedua, mengurangi dan meminimalkan pembuangan sampah baik di TPS maupun TPA. Pengolahan sampah dengan unit mesin pencacah sampah memiliki nilai ekonomis. Sampah yang terjual di bank sampah sampah sekolah dari nasabah individu di sekolah.
Ketiga, pemilihan aset dalam menentukan prakarsa perubahan melalui project profil Pancasila menjadi ikon eco biology school. Jika semua komponen terlibat dan memberikan nilai lebih, maka hasil akhirnya adalah peserta didik memperoleh pengalaman hebat baik dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perubahan perilaku berkarakter lingkungan bersifat menetap sebagai hasil dari pembiasaan, latihan, dan pengalaman
Proses belajar tercipta dengan terus mengadakan interaksi antar anggota komunitas. Praktis, kegiatan pembelajaran dan pembiasaan ini lebih bermakna bagi peserta didik dalam lingkungan yang nyaman, dan memberikan rasa aman bagi peserta didik. Dan ini akan terus memunculkan hal baru dan kebaruan proses pembejaran di sekolah. Semoga. (*)