Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian melalui Permainan Kelereng

Oleh: Teguh Santosa S.Pd
Guru SDN 2 Dawuhan, Kec. Padamara, Kab. Purbalingga

SEBUAH pembelajaran dikatakan baik apabila selama prosesnya, semua siswa aktif atau mampu berpartisipasi dalam menjawab maupun bertanya. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi edukatif, yaitu memiliki nilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk merubah tingkah laku serta perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah, yaitu antara guru dan siswa dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya. Dalam interaksi ini, unsur guru dan siswa haruslah aktif. Tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif jika hanya satu unsur yang aktif.

Menurut Mei (2016), matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Sebab pembelajaran tersebut lebih banyak menggunakan rumus-rumus yang harus dihafal untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Belajar matematika membutuhkan tingkat pemahaman yang cukup tinggi, sehingga siswa tidak hanya menghafal, namun memaknai apa yang sudah diajarkan. Menurut Rahayu (2018), pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu kecakapan atau kemampuan untuk memahami dan menjelaskan suatu situasi atau tindakan suatu kelas atau kategori, yang memiliki sifat-sifat umum yang diketahuinya dalam matematika.

Menurut Duffin & Simpson (2014), pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Kemudian menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda. Salah satu materi matematika disekolah dasar (SD) kelas III adalah perkalian. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil ulangan harian yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Sebagian siswa beranggapan bahwa materi ini sulit, disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep dasar matematika. Selain itu dalam pembelajaran, guru masih menggunakan pendekatan teaching center. Artinya bahwa guru menjadi sumber segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui oleh siswa. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemahaman atau proses yang cukup lama dalam menanamkan konsep tersebut. Hal yang demikian dapat dilakukan dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran atau model pembelajaran yang menarik. Selain itu, bermakna bagi siswa sehingga mudah diserap oleh siswa.

Model pembelajaran yang tepat untuk mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran kontekstual. Salah satunya dengan model pembelajaran CTL (contextual teaching and learning), yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang tepat dengan otak yang menghasilkan makna. Yakni dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut Kadir (2013), model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pemahaman konsep perkalian dan pembagian dengan menggunakan berbagai media diantaranya dengan memanfaatkan benda-benda disekitar lingkungan siswa. Seperti batu kerikil, kelereng, biji-bijian, kancing baju, tabel perkalian, kartu angka, manik-manik, sedotan ataupun alat peraga lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan mental siswa.

Menurut Prahmana (2012), menerapkan pembelajaran menggunakan permainan tradisonal untuk siswa kelas III SD menjadikan siswa lebih antusias belajar dan memahami konsep pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, salah satu permainan tradisional yang diterapkan adalah menggunakan permainan kelereng. Permainan ini sangat membutuhkan keahlian. Oleh sebab itu perlu adanya bimbingan dan arahan guru agar pemahaman konsep tentang perkalian khususnya mampu dipahami siswa dengan jelas. (*)