AKIBAT adanya pandemi Covid-19, program Tahfidz di MTs Negeri 4 Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berjalan tidak maksimal. Meskipun program tetap dijalankan secara rutin oleh pihak madrasah.
Kepala MTs Negeri 4 Bantul Siti Solichah mengungkapkan, adanya pandemi membuat program itu sempat terhambat. Terutama pada siswa-siswi kelas 9. “Kelas sembilan kan baru masuk satu semester ini, sehingga program ini tidak maksimal,” katanya, Selasa (6/12).
Selama pandemi Covid-19, program dilaksanakan secara daring. Menggunakan google meet dengan sistem setoran. Namun hasilnya tidak sesuai harapan. Berbeda halnya ketika ada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tiap jam pelajaran siswa dituntut untuk melakukan setoran dua ayat, selain itu juga ada tadarus bersama di Kelas.
Selama ini, pihak sekolah membagi program Tahfidz di MTs N 4 Bantul dengan dua kategori, yakni unggulan dan reguler. Perbedaan kategori terletak dari output akhir bagi para siswa. “Harapannya dari program unggulan akan bisa menghafal lebih banyak dibandingkan reguler,” tuturnya.
Pembagian program Tahfidz pun dibedakan antar kelas. Untuk kelas 7 tahsin, kelas 8 juz 1. Sehingga setelah lulus dari madrasah setidaknya siswa sudah hafal Juz 1. Tak hanya Program Tahfidz, MTs N 4 Bantul juga termasuk unggul dalam bidang akademik. Hal itu tertuang dalam surat Keputusan (SK) dari Kementerian Agama DIY.
Dari program itu, para guru terus berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik bagi siswa. Terbukti dengan daya saing antar Madrasah di Bantul MTs N 4 tidak kalah. Bahkan pernah menerima kejuaraan dibidang akademik seperti story telling, sesorah, geguritan. “700 medali berhasil kita kumpulkan ditahun 2022 ini, baik perlombaan online maupun offline,” ujarnya.
MTs N 4 Bantul juga telah menerima SK dari Kementerian Pusat terkait keunggulan dalam bidang riset. Terkait dengan bidang riset madrasah menyiapkan ekstra kurikuler robotik.
Hal lain yang diajarkan kepada siswa dalam bidang riset adalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekolah. Seperti pengolahan lidah buaya menjadi minuman, jeli, dan permen. “Kita juga pernah memanfaatkan bunga Telang yang ada di sekolah untuk dibuat yoghurt,” ungkapnya.
Saat ini, MTs Negeri 4 Bantul belum melaksanakan kurikulum merdeka. Pihaknya masih menggunakan Kurikulum 13 dan mengacu pada program Pemerintah Daerah (Pemda) DIY. (cr5/abd)