Oleh: Sri Budiyanti
Guru Kelas SD Negeri Balerejo 2, Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
MENURUT Gage dan Berliner (Suyono & Hariyanto, 2011: 187) guru dalam pembelajaran memiliki tiga fungsi utama yaitu guru sebagai perencana (planner), pelaksana dan pengelola (organizer) dan penilai (evaluator). Guru sebagai perencana hendaknya merencanakan pembelajaran dengan memilih metode dan model yang sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa tertarik dan senang mengikuti pembelajaran. Guru sebagai pelaksana dan pengelola, guru melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus menggunakan sumber-sumber belajar lainnya untuk memperkaya pengetahuan siswa. Setelah melakukan pembelajaran, guru melakukan penilaian (evaluasi) untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan serta mengevaluasi jalannya pembelajaran. Dengan evaluasi guru dapat meningkatkan pembelajaran yang akan dilaksanakan mendatang.
Siswa merupakan objek pendidikan yang dikenai perlakuan oleh guru untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran. Siswa adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 51). Siswa merupakan pokok persoalan dalam semua kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Siswa mengembangkan diri melalui pendidikan. Siswa sebagai manusia yang berpotensi perlu dibina dan dibimbing dengan perantara guru. Siswa merupakan anak yang mempunyai karakteristik belum dewasa dan memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis, serta perbedaan individual. Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, setiap pelajaran diajarkan sesuai dengan tujuannya masing-masing dalam mempersiapkan siswa terjun dalam masyarakat. IPS merupakan program pendidikan yang mengintregasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humonaria untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik.
Pemilihan metode dan model pembelajaran merupakan satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan satu metode serta pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi membosankan dan menjadi kurang efektif (Syaiful Bachri Djamarah & Aswan Zain, 1995: 83). Guru harus memiliki strategi agar siswa belajar dengan efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan mengajar IPS guru dapat mengembangkan model mengajarnya sebagai upaya mempengaruhi perubahan perilaku siswa yang baik. Pengembangan model-model pembelajaran bertujuan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan yang lebih bervariasi bagi pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan di Kelas V SD Negeri Balerejo 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, pembelajaran IPS masih bersifat teacher centered. Guru dominan dalam menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah. Guru menggunakan metode ceramah untuk mengejar target materi pelajaran yang harus disampaikan, sehingga kedudukan siswa hanya sebagai penerima pelajaran. Guru tidak menggunakan media sehingga penyampaian materi menjadi abstrak. Guru kurang memahami karakteristik siswa sehingga penggunaan model pembelajaran sangatlah minim. Karakteristik siswa kelas V yang masih senang bermain tidak dimaanfaatkan guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang monoton membuat siswa bosan dan tidak berminat pada pembelajaran IPS, hal ini ditunjukkan siswa yang cenderung pasif, diam, mendengarkan penjelasan guru, dan mencatatnya.
Dalam belajar mengajar siswa kurang terlibat, hal ini ditunjukan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan, sehingga suasana kelas tenang dan tegang. Sikap siswa dalam pembelajaran yang pasif dan diam menandakan siswa tidak menerima atau tidak menyukai pembelajaran IPS. Sikap siswa yang tidak menerima pembelajaran membuat siswa merasa sulit memahami pelajaran IPS.
Selain itu, kurangnya penggunaan model pembelajaran dan siswa yang pasif berdampak pada hasil belajar yang rendah pula. Model pembelajaran yang digunakan guru selama ini kurang memberikan kesempatan siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu untuk menciptakan pembelajaran yang menarik serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memilih model pembelajaran yang dapat memberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa. Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Role Playing.
Role Playing merupakan model pembelajaran sosial yang diajukan oleh George Oliver dan Fannie Shaftel. Role Playing dapat menjelaskan sejarah atau masalah pada masa lalu melalui pengulangan peristiwa yang diperankan oleh siswa, sehingga siswa dapat memahami peristiwa yang terjadi secara konkret. Role Playing dapat untuk menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja (Hidayati, 2002: 91-92). Pendapat yang sama diajukan oleh Sugihartono, dkk (2007 : 83) model role playing dapat mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari. Menurut Hidayati (2002: 92) role playing dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain, membandingkan, mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas. Dengan role playing siswa yang awalnya pasif dapat aktif, sehingga siswa berminat lagi pada pembelajaran IPS. Diharapkan dengan meningkatnya minat siswa berdampak meningkatnya pemahaman siswa yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa kelas V SD Negeri Balerejo 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak yang mencapai KKM. Keberhasilan tersebut diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran role playing dengan langkah menyampaikan cerita pengantar, pemilihan penonton dan pemain, menata panggung, permainan, diskusi, permainan berikutnya, diskusi lebih lanjut dan generalisasi. Sikap siswa terhadap pembelajaran IPS meningkat yang ditunjukkan dari sikap siswa yang aktif bertanya dan menyatakan pendapat serta memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan guru. (*)