Belajar Real Matematika Sekolah Dasar dengan Metode Realistik

Oleh: Kusniwati, S.Pd.SD
Guru SD N 3 Telukwetan, Kec. Welahan, Kab. Jepara

MATEMATIKA menurut sebagian peserta didik mungkin adalah mata pelajaran yang sulit dan membuat kepala pusing. Padahal matematika adalah mata pelajaran yang yang harus dikuasai oleh peserta didik. Guru bisa menggunakan pendekatan realistic mathematics education (RME), yang bertolak dari masalah-masalah yang kontekstual. Dengan cara itu, siswa bisa berperan aktif, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Kegiatan inti diawali dengan masalah kontekstual. Siswa dapat mengeluarkan idei-idenya, mendiskusikan, dan membandingkan jawaban dengan temannya.

Guru memfasilitasi diskusi dengan temannya dan mengarahkan siswa untuk memilih suatu jawaban yang benar. Selanjutnya guru dapat meminta beberapa siswa untuk mengungkapkan jawabannya. Melalui diskusi kelas jawaban siswa dibahas/dibandingkan, dan guru membantu menganalisa jawaban-jawaban siswa. Jika jawaban benar, maka guru hanya menegaskan jawaban tersebut. Namun jika jawabannya salah, guru secara tidak langsung memberitahu letak kesalahan siswa. Yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang menjawab soal atau siswa lainnya.

Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika. Kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. Jadi pembelajaran tidak mulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan contoh. Namun sifat, definisi, teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa (Soedjadi, 2001: 2).

Pendekatan RME dapat diartikan sebagai pendekatan yang dilakukan dengan mengambil masalah yang ada di dalam kondisi nyata yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Yakni menekankan pada keterampilan, diskusi, kolaborasi, argumentasi yang dilakukan oleh peserta didik.

Pada pembelajaran bangun ruang, penulis memberikan arahan kepada peserta didik untuk memahami definisi dan rumus-rumus. Di antaranya mencari volume dan luas permukaan kubus, balok, prisma, tabung, kerucut dan limas. Setelah paham tentang konsepnya, penulis memberikan tugas untuk mengamati dan mengidentifikasi benda-benda di rumah yang berbentuk bangun ruang tersebut.

Mereka pasti akan antusias karena dapat menemukan bangun ruang pada benda yang mereka lihat dan gunakan sehari-hari. Setelah itu penulis memberikan tugas kepada peserta didik antara lain menghitung volume dan luas permukaan bangun ruang yang ditemukan di rumah masing-masing. Ternyata peserta didik lebih antusias dan tingkat partisipasi dalam pembelajaran menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan ketika penulis hanya memberikan soal dalam bentuk tertulis saja. Hasil belajar anak juga menjadi meningkat, karena anak lebih memahami konsep melalui kegiatan yang dilakukan secara langusng dengan metode realistik.

Melalui metode pembelajaran realistik, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk belajar matematika menjadi lebih menyenangkan. Selain itu tidak membosankan dan bermakna bagi kehidupannya. Kita tahu bahwa setiap metode pembelajaran itu ada kelebihan dan kekurangnya. Tetapi sebagai guru kita harus kreatif, inovatif dan membuat pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga dapat menghindari kebosanan yang dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap peserta didik, seperti benci dengan mata pelajaran matematika. (*)