Pejuang pendidikan dan spirit kebangsaan di Jepara digaungkan oleh KH. Ahmad Fauzan. Diketahui, ia merupakan sosok alim, pejuang sekaligus penulis di zamannya.
PUTRA dari Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jepara pertama, Noor Rohman Fauzan menceritakan rekam jejak sang ayah, KH Ahmad Fauzan yang tercatat sebagai pejuang pendidikan. Hampir seluruh madrasah di Jepara diinisiasi oleh KH Ahmad Fauzan.
“Dulu masih memakai sistem klasikal, sehingga sedikit madrasah yang ada. Sejak kehadiran mbah Fauzan, pendidikan keagamaan semakin pesat. Beliau pun memiliki pondok di Bangsri yang dibangun oleh mertuanya,” papar Noor Rohman kepada Joglo Jateng, beberapa waktu lalu.
Karena kegigihannya dalam mengemban tugas dari Pendiri NU KH. Hasyim Asyari, di tahun 1948 Mbah Fauzan diberi amanat sebagai ketua PCNU. Ketika mengangkat bawahannya di tingkat kecamatan, Mbah Fauzan pun menggunakan standarisasi ilmu, bukan ijazah.
“Beliau seorang hafidz dan cerdas dalam berorganisasi, sehingga tidak heran ditunjuk sebagai kepala keagamaan. Meskipun, sebelum kemerdekaan juga sudah megang kepala keagamaan namun dalam bentuk belum legal secara konstitusi negara,” ungkap Noor Rohman.
Ia menjelaskan, di masa itu sang ayah menunjuk semua kepala keagamaan di kecamatan dengan salah satu modalnya bisa membaca dan memahami Kitab Fathul Mu’in. Tanpa ijazah sekolah. Di antara tokoh yang ditunjuk adalah ayah dari Kyai Ubaidillah Keling, Nursyid, ayah Kyai Mahfudz Pecangaan, Yi Asmawi. Kemudian ayah Gubernur Jateng Ali Mufidz, Kyai Mahmudi.
Sosok Mbah Fauzan telah menulis berbagai macam karya. Namun, kebanyakan yang ditemukan berupa syair. Seperti Syair Asmaul Husna, Syair Isra Mikraj, Syair pribadi Nabi Muhammad SAW, Syair Pitutur, Syair Kemanusiaan, Syair Kenabian, dan Syair Akhlak Mulia.
Dari berbagai karya yang pernah ditorehkan, menurut Noor Rohman, karya terbaiknya adalah Alfiyah Alghozaliyah. Ia mengaku, pernah didatangi Kementerian Agama Pusat yang meminta kitab tersebut untuk dicetak ulang.
“Syair tersebut berisi butir-butir nasihat yang disarikan dari karya monumental Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin. Syair-syair yang diciptakan Kiai Fauzan tersebut memuat tentang akidah, syariat, tasawuf, dan kebangsaan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, karena standing position-nya KH Ahmad Fauzan merupakan pimpinan di Jepara, beliau beberapa kali menjadi sasaran pukul tentara Jepang. Di tahun 1943 pernah terjadi penjarahan massal di pegadaian, dan mbah Fauzan sempat dituduh sebagai pelakunya.
Kepalanya dipukuli hingga dekok, lalu dinaikkan di mobil Jeep Jepang untuk diminta mengembalikan harta yang diambil masyarakat. Namun hal tersebut ditepis karena ada dugaan lain.
“Besoknya, tersebar berita kematian bupati Jepara, Sukahar karena bunuh diri nguntal intan. Berita miring pun beredar bahwa Sukahar lah sebetulnya pelakunya,” terang Noor Rohman. (cr2/mg4)