Oleh: Masdi, S.Pd.SD
Guru SD 2 Mijen, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
PEMBELAJARAN bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak hanya diarahkan untuk melengkapi pengetahuan saja. Namun sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek. Yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan itu sangat erat sekali hubungnnya dengan keterampilan yang lain. Pada aspek berbicara misalnya. Fokus pembelajaran diarahkan kepada kemampuan siswa untuk berbicara secara efektif dan efisien. Tujuannya agar dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, kritikan, dan pendapat dalam berbagai bentuk kepada lawan berbicara sesuai dengan konteks pembicaraan.
Dalam kehidupan sehari-hari, lebih dari separuh waktu digunakan untuk berbicara dan mendengarkan. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti semua mata pelajaran. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia sangatlah penting, karena keterampilan berbahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Untuk dapat menguraikan pesan dongeng, siswa diharuskan menyimak dongeng melalui teks, lisan atau secara visual. Kemudian baru dapat menguraikan isi pesan yang ada di dalamnya. Saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang dongeng yang dibacakan, siswa masih bisa menjawab bergantian. Tetapi saat diminta menguraikan pesan dalam dongeng tersebut siswa merasa kesulitan.
Rendahnya hasil belajar menguraikan dongeng melalui rekaman suara guru disebabkan oleh media suara yang kurang menarik minat siswa. Maka untuk meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar tersebut, penulis menggunakan media lain. Menurut Rudu Rutz, penggunaan media audio hanya melibatkan indra pendengaran dan hanya memanipulasi kemampuan suara semata. Sedangkan audio visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu proses.
Saya memilih media film kartun yang merupakan media audio visual untuk menggantikan rekaman suara. Film kartun adalah gambar bergerak yang lebih menarik, interaktif, dan tidak menjemukan bagi semua orang (Darmawan, 2008:1). Dengan menonton film kartun, diharapkan siswa dapat menguraikan pesan di dalamnya dengan baik. Kemudian membuat hasil belajar akan meningkat, karena media lebih menarik dan menyenangkan.
Pelaksanaan pembelajaran adalah dengan menugaskan siswa menonton film kartun di waktu yang telah ditentukan di rumah masing-masing. Film yang ditonton ditentukan oleh guru. Siswa mencatat hal-hal penting yang ada didalam film tersebut. Kemudian jika sudah selesai menonton, guru bertanya jawab tentang cerita dalam film itu. Lalu siswa membuat video diri dengan menguraikan pesan yang ada di film kartun yang telah diberikan.
Guru mengevaluasi kelebihan dan kekurangan uraian siswa secara keseluruhan. Pada pembelajaran menceritakan kembali isi dongeng dengan menggunakan metode bermain peran, siswa dapat melakukan praktik berbicara dengan lawan bicaranya. Yakni melalui percakapan antar tokoh. Ketika memerankan tokoh-tokoh tersebut, guru dapat menilai sejauh mana keterampilan berbicara yang dimiliki oleh siswa. Siswa dapat berbicara secara lancar atau gugup, ketepatan dalam penggunaan artikulasi, bahkan skill dalam berbicara. Hal tersebut akan terlihat pada saat siswa melakukan metode bermain peran.
Maka dapat disimpulkan bahwa menonton film kartun dapat meningkatkan keterampilan menguraikan pesan dalam dongeng yang disajikan secara lisan, tulis, dan visual dengan tujuan kesenangan telah berhasil. Guru juga dapat menggunakan media ini untuk pembelajaran materi yang lain. (ara/mg4)