Oleh: Thoyib, S.Pd.
Guru SD N Gilirejo 2, Kec. Miri, Kab. Sragen
MENGAJAR adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Guru harus mampu menyusun dan mengembangkan pemahaman bermakna dalam kegiatan belajar. Yakni agar dapat menjelaskan manfaat dan tujuan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran, sehingga siswa akan bersikap aktif, kreatif dalam bertindak. Kemudian dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode dan media yang digunakan dalam proses pembelajarannya.
Dalam pembelajaran PKn pada materi Sistem Pemerintahan Republik Indonesia kelas VI SD Negeri Gilirejo 2 Kec. Miri, Kab. Sragen, guru menyampaikan materi pelajaran secara konvensional. Yakni hanya memberi penjelasan dan penuturan secara lisan, sehingga siswa cenderung bersikap antagonistik yaitu pasif, malas, bahkan apatis dalam belajar. Pembelajaran hanya terjadi komunikasi satu arah dan terpusat pada guru (teacher centered approach) akan mengakibatkan banyak siswa memperoleh prestasi belajarnya tidak sesuai dengan harapan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis berupaya menerapkan metode pembelajaran Propos (problem posing). Harapannya siswa dapat aktif, kreatif, kritis, dan logis dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep serta meningkat hasil belajarnya. Propos merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana. Sehingga mengacu pada penyelesaian soal (Thobroni dan Mustofa:2012). Guru memotivasi siswa melalui perumusan situasi yang menantang. Dengan begitu, siswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat diselesaikan dan berakibat kepada peningkatan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.
Menurut Shoimin Aris (2013), dalam Propos siswa tidak hanya diminta untuk membuat soal atau mengajukan suatu pertanyaan, tetapi mencari penyelesaiannya. Siswa akan terbiasa berlatih menyusun atau membuat soal sendiri dan menyelesaikannya berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru. Siswa dengan senang hati dan penuh antusias bertanya sewaktu proses pembelajaran, sehingga komunikasi antara guru dan siswa akan terjalin dengan baik. Guru akan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikannya.
Dengan Propos, interaksi siswa meningkat dan terjadi sharing idea antar siswa dan guru. Karena dengan pengajuan soal, siswa diberi kesempatan aktif secara mental, fisik, dan sosial untuk membuat jawabannya. Siswa yang kritis akan memancing siswa lainnya untuk lebih aktif, sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih baik dan pembelajaran lebih bermakna.
Adapun sintaks pembelajaran dengan metode Propos sebagai berikut. Pertama, persiapan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membentuk kelompok belajar yang heterogen. Tiap kelompok terdiri empat hingga lima siswa. Kemudian membagi materi untuk dirangkum dan memberi kesempatan siswa bertanya hal-hal yang belum jelas.
Kedua, pelaksanaan. Guru meminta setiap siswa membuat dua soal dari materi yang telah dibagikan pada lembar Propos 1, kemudian berdiskusi mencari penyelesaian soal yang dibuatnya dalam satu kelompok. Setiap kelompok menuliskan satu hingga dua soal yang tidak bisa diselesaikan pada lembar Propos 2, dan ditukarkan kelompok lain yang diatur oleh guru.
Setiap kelompok berdiskusi mencari penyelesaian dari lembar Propos 2. Guru menunjuk kelompok bergiliran untuk mempresentasikan hasil diskusi dan menyampaikan soal yang tidak bisa diselesaikannya kemudian kelompok lain mengkritisi serta menyelesaikan soal-soal tersebut. Ketiga, evaluasi dan tindak lanjut. Guru berperan sebagai fasilitator serta mengadakan penilaian baik secara individu maupun kelompok. Kemudian membuat kesimpulan dan memberi PR secara individu sebagai penguatan.
Penerapan Propos dalam pembelajaran PKn berpengaruh sangat signifikan. Yakni dapat memantik siswa untuk berpikir cepat (thinking fast), sistematis, kritis dan analitis dalam memahami konsep pembelajaran secara menyeluruh. Siswa terangsang untuk memunculkan ide yang kreatif serta mampu mendorong berpikir dari berbagai sudut pandang dan fleksibel. (*)