Penguatan Pendidikan Karakter melalui Ektrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa

Oleh: Untung Ali Romdon, S.Pd.I
Guru PAIBP SD N Karangmlati 1, Kec. Demak, Kab. Demak

PENDIDIKAN karakter merupakan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik. Sehingga memiliki karakter luhur, menerapkan, dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Agus Wibowo, 2013). Itulah sebabnya, penerapan pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam perkembangan kepribadian dan keimanan peserta didik. Pendidikan karakter sebenarnya adalah pendidikan kepribadian yang memerlukan sebanyak mungkin pembiasaan dan peneladanan.

SD Negeri Karangmlati 1 mempunyai kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat Pagar Nusa. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sabtu jam 09.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB, dan diikuti oleh siswa kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pencak silat merupakan olahraga yang menuntut kedisiplinan, baik ketika sedang berlatih maupun sedang bertanding. Pencak silat termasuk ilmu bela diri serta olahraga yang melibatkan kontak tubuh (full body contact).

Bela diri bukan hanya pukulan dan tendangan. Namun juga mengandung kedisiplinan, kepatuhan, dan menonjolkan sifat kependekaran yang mengutamakan moral. Jadi, bela diri bukan menyerang, tetapi mempertahankan diri dan bukan sengaja menendang dan memukul orang lain (Asep Kurnia Nenggala, 2006).

Terdapat lima pilar pendidikan karakter dalam pencak silat. Pertama, takwa berarti beriman teguh kepada pemilik alam semesta, yakni Allah SWT. Dalam proses pendidikan pencak silat, takwa berarti selalu memohon kekuatan lahir dan batin, serta perlindungan, bimbingan dan petunjuk Allah SWT. Seorang pesilat harus selalu memohon petunjuk Allah agar memiliki keunggulan kompetitif yang senantiasa terukur dan terkendali. Sehingga tidak berdampak negatif terhadap orang lain.

Kedua, tanggap. Yakni peka, peduli, antisipasif, proaktif, dan mempunyai kesiapan diri terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi. Berikut semua kecenderungan, tuntutan dan tantangan yang menyertainya berdasarkan sikap berani, mawas diri, dan terus meningkatkan kualitas diri. Sikap tanggap harus dimiliki oleh seorang pesilat diajarkan bersamaan dengan keterampilan pencak silat.

Pesilat tanggap artinya memiliki kepekaan, kecerdasan, dan kecerdikan dalam mengantisipasi serta memahami situasi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Tanggap berarti pula menyusun kekuatan dan kiat untuk mengungguli kekuatan lawan secara cepat dan tepat. Semua itu berlandaskan pada sikap hati-hati, waspada, dan kecermatan yang tinggi.

Ketiga, tangguh adalah sikap ulet dan sanggup mengembangkan kemampuan diri dalam mengatasi setiap persoalan, hambatan dan gangguan dengan baik. Dalam kaitannya dengan proses pendidikan dalam pencak silat, tangguh berarti banyak inisiatif dan kreatif. Kemudian dapat mengembangkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan atau kesulitan yang dihadapi sebagai upaya untuk mengungguli lawan,

Keempat, tanggon berasal dari bahasa Jawa yang artinya tegur, tegar, konsisten, kejujuran, dan kebenaran. Tanggon berarti mempunyai harga diri dan kepribadian yang kuat, penuh perhitungan dalam bertindak, disiplin, dan tahan uji, serta tahan terhadap godaan dan cobaan yang dihadapinya. Dalam kaitannya dengan proses pendidikan pencak silat, tanggon berarti tahan uji, tegar, tegas, tidak mudah terpancing oleh provokasi yang dapat merusak. Semua sikap tersebut dilandasi oleh rasa percaya diri yang kokoh dan moral yang tinggi.

Kelima, trengginas yang dalam bahasa Jawa berarti energik, aktif, kreatif, inovatif, berfikir luas, serta sanggup bekerja keras. Yakni untuk mengejar kemajuan yang bermutu dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat berdasarkan sikap kesediaan untuk membangun diri sendiri dan sikap bertanggung jawab atas pembangunan masyarakatnya (Mulyana, 2013). Pendidikan karakter harus serius ditanamkan untuk mambangun karakter yang baik dari anak-anak, karena mereka adalah penerus masa depan bangsa. (*)