Oleh: Siti Umi Cholipah, S.Pd
Guru Kelas SD Negeri Karangrejo 2, Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
KETERAMPILAN berhitung merupakan keterampilan dasar yang penting dalam pembelajaran matematika. Keterampilan berhitung aritmatika ada dalam berbagai bentuk, antara lain penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Salah satu operasi aritmatika yang menjadi muatan utama matematika kelas 2 adalah “penjumlahan”. Selain pengetahuan khusus, Siswa juga harus memperoleh keterampilan komputasi. Jika siswa tidak menguasai keterampilan tersebut dengan baik, maka ia akan kesulitan mempelajari materi selanjutnya. Keterampilan berhitung penjumlahan mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan keterampilan hitung penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam jual beli, mengukur struktur rumah, membuat ukuran pakaian, dan lain-lain. Orang dengan keterampilan aritmatika yang buruk mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan tugas yang melibatkan operasi aritmatika. Matematika hendaknya dipelajari dengan baik, mengingat besarnya manfaat keterampilan penjumlahan.
Namun dengan melihat hasil ulangan harian siswa pada materi penjumlahan, dapat dikatakan bahwa keterampilan menghitung penjumlahan siswa kelas 2 SD Negeri Karangrejo 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan berhitung siswa salah satu penyebabnya adalah guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu berdiri di depan kelas dan ceramah. Siswa jarang ditanyai pertanyaan tentang isi kursus. Hal ini mengurangi keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran matematika dan menjadikan mereka lebih cenderung diam selama proses pembelajaran. Jika siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka siswa tidak akan aktif mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Selain itu, kurangnya komunikasi antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti: Tanya jawab mengenai isi pelajaran. Siswa hanya duduk diam dan mendengarkan guru. Siswa menulis dan menjawab pertanyaan hanya jika diminta atau diarahkan oleh guru. Akibatnya siswa cenderung pasif dalam menyerap materi. Perilaku pasif siswa dapat ditandai dengan beberapa siswa yang memegang kepala dengan tangan, beberapa siswa menyandarkan kepala di atas meja dan memperhatikan penjelasan guru, beberapa siswa yang berjalan keliling kelas, atau siswa yang sering berbicara sendiri dan bermain bersama teman pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Padahal orang yang belajar akan merasa senang jika dapat memahami apa yang dipelajarinya. Menerapkan ini dalam pembelajaran matematika akan membuatnya menjadi lebih baik. Maka media permainan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas 2 sesuai tahap perkembangannya. Salah satunya dengan BUJANG AJAIB.
BUJANG AJAIB merupakan singkatan dari bujur sangkar ajaib. Media ini berupa permainan dalam matematika. Permainan BUJANG AJAIB bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Permainan BUJANG AJAIB bentuknya seperti permainan angka persegi dimana siswa mengisi angka-angka pada kotak kecil sesuai aturan permainan BUJANG AJAIB. Karena permainan BUJANG AJAIB menitikberatkan pada keaktifan siswa dan menimbulkan rasa senang pada siswa, maka diharapkan siswa yang pasif menjadi aktif dan mengembangkan keterampilan dalam melakukan operasi hitung khususnya penjumlahan. Permainan BUJANG AJAIB adalah salah satu bentuk permainan matematika yang memiliki jumlah petak yang sama pada setiap sisinya dan memiliki jumlah 3 bilangan yang sama pada setiap baris, setiap kolom, dan setiap diagonalnya.
Langkah-langkah permainan bujur sangkar ajaib (BSA) adalah sebagai berikut. 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang peraturan permainan BSA 3 x 3 penjumlahan. 2. Siswa mendapatkan soal BSA 3 x 3 penjumlahan yang diberikan guru. 3. Siswa menjumlahkan 3 bilangan pada setiap baris pada petak BSA. 4. Siswa menjumlahkan 3 bilangan pada setiap kolom pada petak BSA. 5. Siswa menjumlahkan 3 bilangan pada setiap diagonal pada petak BSA. 6. Siswa mencocokkan jawaban BSA. 7. Soal BSA yang sudah dicocokkan dibahas bersama-sama.
Klein (Pitadjeng, 2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran efektif jika berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Dan pembelajaran matematika paling efektif bila dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Media permainan memiliki beberapa kelebihan sebagai media pembelajaran. Arif S. Sadiman (2009: 78) mengemukakan sebagai media pendidikan, permainan mempunyai kelebihan sebagai berikut. 1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur, 2) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar, 3) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung, 4) Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran- peran ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat, 5) Permainan bersifat luwes (dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit-sedikit alat, aturan maupun persoalannya), dan 6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
Permainan BUJANG AJAIB memiliki kelebihan yaitu: 1. Dapat meningkatkan keterampilan operasi hitung siswa khususnya penjumlahan, karena permainan Permainan BUJANG AJAIB melatih siswa belajar berhitung secara berkali-kali sehingga siswa mahir melakukan operasi hitung. 2. Menciptakan rasa senang siswa untuk belajar matematika, karena siswa belajar sambil bermain. 3. Menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan kelemahannya yaitu: 1. Apabila rumus Permainan BUJANG AJAIB diajarkan kepada siswa maka tujuan peningkatan keterampilan hitung khususnya penjumlahan tidak tercapai sepenuhnya. 2. Pengisian bilangan-bilangan pada petak BSA tidak dapat diselesaikan apabila komponen yang diketahui kurang dalam permainan BSA.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan permainan BUJANG AJAIB dalam pembelajaran matematika, faktanya dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri Karangrejo 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak.(*)