Model Pembelajaran Role Playing untuk Tingkatkan Keaktifan Siswa

Oleh: Trisnowati, S.Pd.SD
Guru SDN 03 Karangbrai, Kec. Bodeh, Kab. Pemalang

KEAKTIFAN siswa merupakan unsur dasar yang penting dalam keberhasilan pembelajaran. Secara sederhana, aktif dapat diartikan sebagai sifat giat berusaha. Sedangkan aktivitas belajar siswa adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental yang keduanya saling berkaitan saat proses pembelajaran terjadi. Untuk itu agar peserta didik dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan upaya oleh guru melalui berbagai langkah.

Guru perlu memotivasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung, dan dalam hal ini guru berperan sebagai inisiator pada saat pembelajaran. Peserta didik mampu untuk merespon dan memberikan umpan balik kepada guru dengan menyampaikan gagasan/ide, pertanyaan, atau tanggapan yang berhubungan dengan materi ajar dalam proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang ideal dan aktif diperlukan sebuah metode melalui model pembelajaran yang sekiranya dapat mampu mewujudkan hal tersebut. Kepandaian guru diperlukan dalam mengukur kemampuan peserta didik mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model yang tepat salah satunya adalah model pembelajaran role playing. Diharapkan dengan penerapan  model ini dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan baik. Guru menerapkan model pembelajaran ini pada materi Cerita Rakyat di muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Model pembelajaran ini dinilai mampu menggiring siswa agar menghayati materi yang diajarkan.

Kartini (2007) menyatakan bahwa role playing merupakan suatu cara yang digunakan untuk meniru cara bertingkah laku seseorang dalam sebuah drama. Tingkah laku yang ditekankan dalam model ini ada kaitannya dengan hubungan sosial. Santoso (2010) menyatakan bahwa metode role playing mendayagunakan pengaruh kinestetik atau gerakan, sebab subjek diminta untuk melakukan suatu peranan tertentu.

Role playing merupakan suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan penghayatan siswa dalam memerankan tokoh melalui skenario-skenario yang disusun berdasarkan materi pelajaran yang harus siswa pahami. Model ini sangat tepat jika digunakan apabila materi pelajaran yang memerlukan dramatisasi daripada penceritaan. Dalam hal ini guru menerapakan pada materi cerita rakyat. Sehingga materi tersebut akan lebih mudah dipahami dan memancing keaktifan siswa. Apalagi karakter siswa sekolah dasar cenderung lebih aktif dalm berinteraksi dengan teman sebaya.

Pada penerapan model ini, titik fokusnya terletak pada keterlibatan emosional serta pengamatan indra ke dalam situasi permasalahan nyata yang dihadapi. Melalui model role playing, siswa diharapkan dapat mengeksplorasi cerita yang dibawakan daripada membaca saja. Siswa dapat menambah wawasan tentang nilai, sikap dan persepsi tentang cerita yang dibawakan. Kemudian mampu meningkatakan sikap dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang sedang diceritakan. Lalu mengeksplorasi inti dari masalah yang diperankan melalui berbagai cara.

Dalam pelaksaannya, model pembelajaran ini perlu untuk mempersiapkan mulai dari cerita dan hal yang lain, karena siswa SD Negeri 03 Karangbrai perlu dibimbing dari awal. Sehingga dipersiapkan langkah-langkah pembelajaran. Yaitu pertama, guru menyiapkan skenario cerita yang akan dibawakan. Kedua, guru dapat menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario cerita yang akan dibawakan.

Ketiga, guru membuat kelompok, dengan masing-masing beranggotakan lima siswa. Keempat, guru menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai. Kelima, guru memanggil peserta didik untuk menjalankan skenario cerita rakyat. Setiap peserta didik berada di kelompoknya sembari melihat peragaan kelompok lain. Keenam, setelah semuan sudah selesai dilaksanakan, setiap peserta didik diberi lembar kerja untuk melakukan penilaian atas penampilan tiap-tiap kelompok.

Ketujuh, setiap kelompok menyampaiakan kesimpulan dan terakhir guru memberikan penilaian dan evaluasi kepada siswa. Kesimpulannya, model pembelajaran role playing pada siswa serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya dirancang oleh guru. (*)