Oleh: Tri Puji Hastuti, S.Pd.SD
Guru SD N Bintoro 5, Kec. Demak, Kab. Demak
KETERAMPILAN berpikir siswa sangat penting untuk masa depannya. Beberapa ahli dalam bidang pembelajaran mengemukakan pendapat yang serupa. Yakni bahwa proses mendapatkan pengetahuan lebih penting daripada produk.
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir siswa di kelas. Guru bisa menggunakan pendekatan yang dapat membuat siswa lebih aktif dan menggunakan keterampilan berpikir dari setiap aktivitas belajarnya di kelas. Atau dengan kata lain, strategi pembelajaran yang digunakan mampu mengupayakan agar pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat kepada siswa (student oriented). Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai fasilitator.
Menurut Gedgrave (2009), proses mendapatkan pengetahuan lebih penting daripada produk. Namun sekarang ini ternyata pengajaran IPA di sekolah dasar (SD) masih sangat memprihatinkan.
Keprihatinan pembelajaran IPA di SD tampak pada penggunaan metode ceramah yang masih lazim dipergunakan. Selain itu guru memegang peranan sebagai sumber informasi utama. Sementara siswa hanya menjadi pendengar setia dan tidak dibiasakan untuk mencoba sendiri pengetahuan itu. Sehingga perolehan pengetahuan siswa tidak bermakna dan cepat terlupakan.
Untuk itu, dalam memandang pembelajaran IPA guru hendaknya tidak sekedar menekankan pada hasil. Tetapi juga pada proses memahami konsep materi yang disampaikan. Jika guru dalam mengajarkan konsep IPA lebih menekankan pada proses yaitu siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, maka dapat membawa dampak positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil dan prestasi.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu hasil belajar IPA dikembangkan terus menerus. Seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, serta pengembangan perangkat IPA di SD. Namun kenyataan di lapangan terlihat bahwa pemahaman konsep dan keterampilan berpikir secara umum masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD adalah membentuk dan mengembangkan kognitif, afektif, psikomotor, kreativitas. Kemudian melatih siswa berpikir kritis dalam mengaktualisasikan diri dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada di lingkungannya. Sehingga nantinya siswa dapat menghadapi tantangan hidup yang semakin kompetitif serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi.
Pembelajaran IPA harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami. Karena IPA lebih membutuhkan pemahaman daripada penghafalan saja. Salah satu alternatif yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memperhatikan suasana yang nyaman dan menyenangkan serta erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan berpikir siswa sekolah dasar adalah dengan menggunakan pendekatan scientific approach.
Pembelajaran scientific approach dapat membantu guru mengaitkan antara materi IPA dengan situasi dunia nyata peserta didik. Kemudian mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Baik sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih menarik bagi peserta didik. Selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan baik. (*)