Oleh: Yuhani,S.Pd.SD
Guru SDN 01 Kaliprau, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
PERKEMBANGAN zaman yang semakin pesat menyebabkan manusia dituntut untuk semakin memperbaiki kualitas diri terhadap perkembangan zaman yang sedang terjadi. Salah satu upaya manusia untuk dapat memperbaiki kualitas dirinya adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan diri.
Manusia dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.
Sejak diberlakukannya kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, proses pembelajaran mengalami transisi. Untuk itu dilakukannya penelitian sangatlah penting guna memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran. Kemudian untuk menangani berbagai permasalahan yang dihadapi di kelas. Berdasarkan hasil penelitian ketuntasan belajar siswa pada tema Pahlawanku sub tema Perjuangan Para Pahlawan, masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor saat proses pembelajaran.
Pertama, faktor dari guru, yang kurang variatif dalam menerapkan model pembelajaran. Selain itu dengan terbatasnya sumber belajar, sarana dan prasarana serta kreatifitas, menjadikan guru jarang menggunakan media pembelajaran. Apalagi yang bersifat daring. Padahal media pembelajaran sangat menunjang keaktifan siswa. Faktor yang kedua adalah dari siswa, yang kurang aktif, kreatif dan kurang antusias saat proses pembelajaran. Faktor yang ketiga adalah terbatasnya sarana penunjang untuk pembelajaran.
Masalah tersebut memerlukan solusi untuk pemecahannya, salah satunya dengan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran. Mulai dari pembelajaran yang sangat sederhana hingga model pembelajaran yang rumit karena harus didukung oleh berbagai macam alat bantu. Semua harus memiliki ciri-ciri khusus. Di antaranya model tersebut harus rasional teoritik yang logis dan disusun oleh para penciptanya. Pengembangnya juga memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
Penelitian ini menerapkan model pembelajaran cooperative learning. Alasannya, karena model ini menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran atau student oriented. Pembelajaran pada tema Pahlawanku sub tema Perjuangan Para Pahlawan akan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning dengan pendekatan saintifik. Sehingga pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan membuat mereka menjadi lebih memahami materi pembelajaran.
Hasil belajar tema Pahlawanku sub tema Perjuangan Para Pahlawan adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh setelah menerima pengalaman belajarnya. Klasifikasi hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan ranah psikomotor. Serta terdapat faktor internal dan eksternal yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar.
Menurut Slavin, cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan sebagai falsafah. Menurut pendapat dari Slavin, ada setidaknya dua alasan mengapa model pembelajaran ini dianjurkan untuk digunakan selama proses pembelajaran.
Pertama, dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa pembelajaran kooperatif ini bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu bisa juga meningkatkan kemampuan hubungan sosial. Sehingga bisa menumbuhkan sikap menerima kekurangan orang lain maupun diri sendiri serta bisa meningkatkan harga diri siswa.
Kedua, pembelajaran kooperatif bisa merealisasikan kebutuhan siswa untuk belajar berpikir, mencegah masalah. Kemudian menginteraksikan pengetahuan serta keterampilan. Pembelajaran model ini bisa memperbaiki sistem pembelajaran yang sejauh ini banyak mempunyai kelemahan. (*)