Role Playing untuk Motivasi Pembelajaran IPS Sekolah Dasar

Oleh: Istiqomatul Magfiroh, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Rejosari 2, Kec. Mijen, Kab. Demak

ILMU pengetahuan sosial (IPS) memiliki pengetahuan mengenai aspek yang paling dasar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. IPS merupakan penghubung antara kehidupan akademis siswa dengan dengan kesehariannya di lingkungan tempat tinggal mereka. Namun, banyak siswa yang menganggap    belajar mata pelajaran ini adalah aktivitas yang tidak menyenangkan.

Motivasi yang rendah yang berimplikasi pada hasil belajar siswa. Sebab, pendekatan pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional yang menekankan ceramah, tanya jawab, serta membaca serta mengerjakan LKS yang dimiliki oleh siswa. Dalam kegiatan ceramah, guru selalu mendominasi dalam pembelajaran IPS. Siswa hanya mendengarkan duduk dengan tenang dan diusahakan tetap diam saat guru berceramah. Setelah guru melaksanakan ceramah dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab.

Guru berpartisipasi penuh dalam membuat pertanyaan pada siswa dan jarang memberi stimulus pada siswa untuk bertanya. Guru juga selalu berpedoman pada LKS, baik dilihat dari materi yang diajarkan, tugas-tugas yang dikerjakan oleh setiap siswa, maupun evaluasi. Pada pelaksanaan pendekatan konvensional pada mata pelajaran IPS, guru jarang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks belajar yang ada. Guru masih mengajarkan materi IPS sesuai dengan apa yang ada didalam buku paket. Berdasarkan hal tersebut diperlukan inovasi pembelajaran. Peneliti mencoba terobosan menggunakan pendekatan konsep dengan teknik role playing.

Menurut Jensen (2008), role playing ialah kegiatan yang cocok digunakan untuk pra pemaparan pembelajaran terhadap suatu topik dengan menggunakan warna, gerakan, gambar, yang dinformasikan ke dalam bentuk nyata dan akan mendorong kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain digunakan pada pra pemaparan, inovasi role playing juga dapat digunakan pada inti atau kesimpulan pembelajaran, bahkan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi

Menurut Amri, role playing merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia. Terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Menurut Dananjaya, role playing merupakan   gambaran   tentang   suatu   kondisi/paradigma tertentu pada   satu   hal   di   dalam   masyarakat. Lewat skenario, pelaku yang berlaku tanpa memberikan informasi verbal apapun akan terlihat respon siswa/teman lain sesama aktor.

Kelebihan metode role playing adalah siswa lebih tertarik perhatiannya pada saat pembelajaran, melatih siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian memunculkan rasa tanggung jawab terhadap peran yang dilakoni, siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Selain itu, bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dalam dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Dilihat dari kelebihan-kelebihan bermain peran yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa berhasilnya pemeran tersebut bergantung pada kegiatan yang dilakukan siswa. Terutama pada analisis sebagai tindak lanjutnya. Adapun angkah- langkah bermain peran adalah sebagai berikut.

Pertama, guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Kedua, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Lalu memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. Ketiga, memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

Keempat, masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. Kelima, setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok. Keenam, masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. Ketujuh, guru memberikan kesimpulan secara umum serta  evaluasi. (*)