Mengedepankan Solutif IPA Siswa Sekolah Dasar dengan Problem Based Learning

Oleh: Catur Septoadi, S.Pd.SD
Guru SD N Jatirejo 3, Kec. Karanganyar, Kab. Demak

PEMBELAJARAN IPA sangat perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang sekolah dasar. Hal ini ditujukan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan yang diperoleh dari pembelajaran IPA diharapkan mampu membantu menghadapi kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi pada era globalisasi saat ini.

Hasil pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran dan materi yang disampaikan sangatlah penting karena dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran problem based learning (PBL).

PBL dalam pembelajaran menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam memecahkan sebuah permasalahan. Model pembelajaran ini didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata. Dengan pengalaman tersebut, siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam kehidupan sehari-hari.

PBL telah banyak diterapkan di pembelajaran dan dapat digunakan pada eksperimen untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah auntetik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berfikir optimal. Tujuan utama PBL berorientasi pada pengembangan kemPUAN berfikir kritis dan pemecahan masalah. Sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri.

Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan pembelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks pembelajaran kognitif, sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri atas pengetahuan dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan, para pembelajar harus mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar.

Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata ialah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu.

Masalah ini bersifat terbuka. Yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keinginantahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat diselesaikan langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu. Tetapi perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi.

Pada dasarnya, PBL diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau yang disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, berikir kritis, serta membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut melalui tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan.

Langkah mengidentifikasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru dalam tahap ini. Walaupun guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah, tetapi dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan. Yakni agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih. (*)