FASHION memang tak ada matinya. Selalu ada pembaruan setiap saat mengikuti perkembangan zaman. Hal itu membuat pentingnya para desainer untuk terus berinovasi pada setiap karyanya.
Itulah yang dilakukan oleh salah satu brand Semarang, Razhana Best Moeslim Fashion. Sang pemilik dan desainer, Silvya Affandi (38) mengatakan, ia menginovasikan empat motif khas Semarangan yang diambil dari kelurahan di Kota Semarang.
“Batik Semarangan itu memiliki banyak motif di setiap masing-masing kelurahan. Dari situ saya ambil motif dari empat kelurahan di antaranya Karangkidul Semarang Tengah, Sendangguwo Tembalang, Jatiombo Mijen, dan Dadapsari Semarang Utara,” katanya, Kamis (25/1/23).
Silvya mendesain dengan inovasinya agar semua kalangan tertarik dengan batik hasil karyanya. Khususnya para generasi muda.
“Ada batik kuning motif khas Dadapsari dengan model ruffle yang membuat tampilan manis bagi pemakainya. Jadi, saya di sini mengangkat motif dari empat kelurahan dijadikan delapan baju atau dress yang dikombinasikan sama bahan-bahan polos, sehingga bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari,” jelasnya.
Selama ini, Silvya menilai bahwa batik kesannya formal atau ketuaan tentunya tak dilirik oleh kawula muda. Oleh karena itu, ia menginovasikan desain yang dia buat agar bisa digunakan acara formal maupun non-formal.
“Untuk pemuda, ABG, remaja juga bisa pakai. Karena desain saya simpel, dan bisa masuk segala usia,” imbuhnya.
Saat ditanya wilayah cakupan pasaran batik Semarangan miliknya kemana saja, ia menyebut bisnisnya baru dirintis sejak November 2022. Meski begitu, Silvya sudah membawa brandnya ke seluruh Indonesia melalui online, bahkan pembelinya terjauh hingga Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Kalau terjauh baru dua provinsi, Jawa Barat dan Jawa Timur. Harapannya, bisa merambah pasar yang lebih luas,” ucapnya.
Silvya menceritakan awal penyebab ia memulai karir dalam bidang ini, yakni pada saat dirinya berkunjung ke sanggar batik yang ada di Kota Semarang. Sehingga ia tercetus untuk membuat desain yang memancing anak muda tertarik.
“Setelah lihat langsung ke sanggar batik, motifnya batik macam-macam. Kayak semisal ini anak- anak muda bisa mengenakannya enggak kelihatan batik. Warnanya juga cerah bisa masuk ke anak muda. Karena itu semua, saya desain sekaligus produksi sendiri,” paparnya.
Menariknya lagi, Silvya saat menawarkan batiknya yakni dengan strategi limited edition atau batiknya hanya diproduksi dengan jumlah terbatas. Adapun harga yang dibanderol oleh Silvya yakni bervariatif mulai dari harga Rp 159 ribu untuk batik atasan. Sedangkan untuk gamis paling murah, ia tawarkan sekitar Rp 179 ribu.
“Ada desain khusus untuk lebaran, nanti juga untuk bahannya kita ambil lebih menonjol. Misalnya warna glosing atau apa karena untuk momen istimewa berbeda untuk sehari-hari. Tentunya harganya beda. Saya untuk sekali desain enggak banyak, paling berapa ratus pcs. Karena, saya mau enggak (bajunya) pasaran. Paling ya, satu bulan di-launching empat kali sekitar 100-200 pcs,” tutupnya. (luk/gih)