Berfikir, Berbicara, dan Menulis Matematika SD Lebih Konstrukstif dengan TTW

Oleh: Sakri S.Pd. SD
Guru SD N 2 Singamerta,  Kec. Sigaluh, Kab. Banjarnegara

MATEMATIKA merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran ini perlu diberikan kepada semua peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam menguasai matematika dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya.

Hasil belajar matematika yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) atau lebih tinggi dari KKM. Peserta didik dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar matematikanya mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan. Dari hasil pengamatan dapatlah diungkapkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut. Pertama, rendahnya prestasi siswa terhadap proses pembelajaran matematika. Kedua, siswa kurang termotivasi terhadap materi pelajaran.

Ketiga, siswa kurang memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi. Keempat, kurangnya minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Kelima, penggunaan model pembelajaran yang tidak relevan dengan materi pelajaran, dan keenam, metode yang digunakan tidak bervariasi.

Dari hasil pembelajaran yang dilakukan dikelas 3 SD Negeri 2 Singamerta, Kec. Sigaluh, Kab. Banjarnegara, penyebab tidak tuntasnya kegiatan pembelajaran matematika disebabkan beberapa hal. Di antaranya guru tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai, guru terlalu mendominasi pembelajaran. Kemudian siswa kurang kreatif dan cenderung melihatkan sikap kurang berminat dalam pelajaran matematika.

Untuk meningkatkan pembelajaran matematika, maka digunakan penerapan strategi think talk-write (TTW). Yakni merupakan pendekatan yang selalu dikembangkan dalam proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan menimbulkan inkuiri siswa dalam menyelesaikan materi pembelajaran. Strategi mengajar menyangkut pemilihan yang dipilih guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasa, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi matematika kepada siswa di dalam kelas.

Metode yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2009) ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan tiga sampai lima siswa.

Proses berpikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dari ingatan siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya proses berpikir meliputi tiga langkah pokok. Yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

Tahap-tahap kegiatan siswa dengan strategi TTW adalah sebagai berikut. Pertama, think, siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan. Yaitu tahap berpikir dimana siswa secara individu membaca teks, memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian). Lalu menandai konsep yang dianggap penting atau yang tidak dipahami dan hasilnya ditulis dalam catatan kecil. Kedua, talk. Siswa mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada tahap think melalui diskusi kelompok kooperatif sampai mendapatkan solusi. Selanjutnya merefleksikan, menyusun, serta menguji (sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi. Ketiga, write. Siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya.

Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian dan solusi yang diperoleh. Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat aktif berpikir. Berikutnya mendorong dan menyimak dengan hati-hati gagasan yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis. Selain itu mempertimbangkan dam memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, dan mendorong siswa untuk berpatisipasi secara aktif. Tugas yang disipakan diharapkan menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif. (*)