Oleh: Sri Lestari, S.Pd.SD.
Guru SD N Mangunrejo 2, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
POLA pikir yang dimiliki setiap anak berbeda satu sama lain. Menurut psikolog Carol S. Dweck (Dalam sinopsis buku Mindset Gramedia Blog, 2022), pola pikir atau yang dikenal dengan mindset adalah sekumpulan keyakinan yang membentuk atau membangun cara berpikir untuk memahami dirinya sendiri dan dunianya.
Ada dua jenis mindset, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset merupakan pola pikir yang tetap atau tidak mengalami perkembangan. Seorang anak yang memiliki mindset ini cenderung menghindari tantangan baru, stagnan, dan sulit berkembang.
Sebagai guru, kita dapat mengamati ciri peserta didik, apakah memiliki pola pikir fixed mindset atau tidak. Adapun ciri yang dapat diamati antara lain pemikiran peserta didik tertutup, tidak menyukai hal-hal yang baru, kurang percaya diri, mudah menyerah. Kemudian keras kepala dan sulit menerima saran kritik dari orang lain. Apabila hasil pengamatan ditemukan hal tersebut, segeralah kita identifikasi dan mencari solusi yang tepat.
Pola pikir yang berikutnya adalah growth mindset, yaitu pola pikir yang dapat berkembang dari waktu ke waktu. Pemikiran yang dapat berkembang dapat terlihat dari kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan kinerja seseorang yang terus berkembang dari waktu ke waktu karena proses belajar. Adapun ciri peserta didik yang memiliki growth mindset antara lain memiliki semangat belajar, bekerja keras, percaya diri dan pantang menyerah. Lalu kreatif, inovatif, dan inspiratif bagi teman-temannya. Tidak hanya itu, growth mindset akan menunjukkan sikap terbuka dan mau menerima pembaharuan berupa ilmu pengetahuan, saran, dan kritik dari pihak lain.
Di SD Negeri Mangunrejo 2 Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak, lebih dari separuh jumlah siswanya memiliki latar belakang sosial dan ekonomi di bawah rata-rata. Wali murid juga memiliki pemikiran yang cenderung tertutup atau fixed mindset. Hal ini menyebabkan anak-anak meniru perilaku orang tuanya. Sekolah hanya terlihat seperti formalitas.
Sebagian peserta didik tidak sungguh-sungguh belajar, hanya rapor dan ijazah yang ditunggu. Semangat belajar mulai luntur, mudah menyerah jika menghadapi kesulitan, bahkan tidak bisa menerima saran dari gurunya. Seolah-olah pikirannya sudah tertutup.
Kurikulum merdeka yang baru saja diluncurkan mendorong peserta didik kita memiliki growth mindset atau pola pikir yang terus berkembang. Dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran, guru memberi pertanyaan perangsang guna memunculkan ide-ide cemerlang dari peserta didik. Pertanyaan itu dikenal dengan istilah pertanyaan pemantik. Yaitu rangkaian pertanyaan yang dibuat oleh guru tentang suatu topik pembelajaran yang membutuhkan jawaban terbuka.
Pertanyaan yang dibuat akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dan ide yang kreatif inovatif. Adapun manfaat dari pertanyaan pemantik bagi peserta didik yaitu merangsang aktivitas berpikir, memperkuat konsep atau materi belajar, dan memfasilitasi komunikasi antara guru dan peserta didik. Dengan manfaat tersebut, terdapat keterkaitan dengan growth mindset peserta didik.
Di tempat saya mengajar yaitu di SD Negeri Mangunrejo 2, semakin sering guru memberikan pertanyaan pemantik kepada peserta didik maka akan merangsang pemikiran untuk memunculkan ide yang kreatif. Sehingga dapat memperkuat topik belajar yang lebih inovatif. Inilah langkah awal membangun growth mindset.
Apabila peserta didik sudah memiliki growth mindset, tentunya akan semakin berkembang pemikirannya. Sebagian peserta didik yang memiliki fixed mindset, lambat laun akan memiliki pemikiran yang lebih terbuka dengan terapi pemberian pertanyaan pemantik di setiap topik pembelajaran. Pola pikir yang terbuka terhadap hal-hal baru merupakan pondasi awal mengubah fixed mindset menjadi growth mindset pada peserta didik. Mindset inilah yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan kita. (*)