Oleh: Kuat Supriyanto, S.Pd. SD
Guru SD N 1 Bandingan, Kec. Sigaluh, Kab. Banjarnegara
ILMU pengetahuan alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya. Diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Dengan mempelajari IPA, siswa akan menambah pengetahuan melalui proses pengamatan, pengalaman, dan penyusunan gagasan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di kelas VI SD Negeri 1 Bandingan adalah rendahnya daya serap siswa. Kenyataan itu dapat dilihat dari observasi yang laksanakan, terlihat dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Selain itu, guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan secara maksimal. Proses belajar masih didominasi oleh guru dengan menjelaskan materi melalui ceramah dan pemberian tugas. Siswa hanya mendengarkan guru sehingga siswa merasa bosan dan tidak berperan aktif dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran yang seharusnya yaitu proses pembelajaran yang menciptakan hubungan timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dalam situasi belajar, sulitnya interaksi aktif baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru menyebabkan hasil belajar cenderung rendah.
Setelah peneliti cermati, ternyata keadaan tersebut tidak lepas dari penggunaan model pembelajaran yang digunakan. Maka guru hendaknya dapat menciptakan proses pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif. Proses pembelajaran juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi, sehingga hasil belajar pun meningkat. Untuk itu penulis memberikan solusi yaitu menggunakan model pembelajaran cooperative tipe student teams achievement division (STAD). Yaitu salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Isjoni, dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran. Antara lain meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Adapun kelebihan model STAD yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. Kemudian dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. Lalu mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. Selanjutnya memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
Menurut Anita Lie, pembelajaran cooperative dengan istilah pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pada kelas cooperative, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan akademik, suku, dan agama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Slavin dalam Triyanto, bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat hingga lima orang. Didalamnya merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Pada pembelajaran model STAD, guru lebih dahulu menjelaskan atau menyajikan materi, kemudian anggota tim mempelajari materi tersebut dalam kelompoknya. Siswa dilengkapi dengan lembar kerja dan juga diberi latihan, serta tugas-tugasnya harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus memberikan skor terbaik kepada kelompoknya dengan menunjukkan peningkatan penampilan dibanding dengan sebelumnya. Kelompok yang tanpa memiliki anggota-anggota yang meningkat nilainya dan menghasilkan skor yang tidak sempurna tidak akan menang atau tidak mendapat penghargaan berupa hadiah atau lainnya. Lalu pada akhirnya guru memberikan kuis yang dikerjakan siswa secara individu.
Pembelajaran dengan model STAD memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat predikat tim super. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dilakukan oleh guru dengan tahapan menghitung skor individu, menghitung skor kelompok, dan pemberian hadiah serta pengakuan skor kelompok. (*)