Oleh: Dina Setyaningrum, S.Pd
SDN 03 Paduraksa, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang
SELAMA ini proses pembelajaran IPA di kelas VI kebanyakan masih menggunakan metode ceramah. Dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi mononton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi ini menuntut peran guru dalam menyampaikan materi pembelajaran agar memlilki kreativitas dan inovasi yang tinggi. Sehingga peserta didik tertarik dengan pembelajaran IPA.
Namun, sebagaimana dialami penulis, masih terdapat siswa yang tidak bersemangat dalam belajar, mengantuk, berbicara dengan teman sebangku, dan bermain asik sendiri. Maka Penulis menerapkan metode inquiri yang diyakini dan bisa menjadi solusi dalam menciptakan antusias belajar siswa.
Materi pembelajaran Ciri-Ciri Pubertas memuat kompetensi dasar ranah pengetahuan menghubungkan ciri pubertas pada laki-laki dan perempuan dengan kesehatan reproduksi. Ranah keterampilannya menyajikan karya tentang cara menyikapi ciri-ciri pubertas yang dialami. Indikator pencapaiannya, siswa mampu menjelaskan ciri-ciri masa pubertas pada anak laki-laki dan perempuan. Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri masa pubertas dan mampu menceritakan pengaruh perubahan fisik pada anak laki-laki dan perempuan.
Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan yang diharapkan. Atau tercapainya tujuan yang dikehendaki. Sri Anitah W. (2001:2) mendefinisikan metode inkuiri sebagai suatu proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Yakni upaya mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu. Hal inilah yang termasuk bagian dari proses inkuiri. Yakni keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Inquiry secara kooperatif dapat memperkaya cara berfikir siswa dan mendorong mereka mempunyai hakekat yang menimbulkan pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan.
Menurut Sura dalam Oemar Hamalik (2001: 219), inquiry atau penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu proses atau prinsip. Misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan yang dilakukan tentu saja bukan penemuan yang sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang lain. Jadi penemuan disini adalah penemuan pura-pura atau penemuan dari siswa yang bersangkutan saja.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Dengan asumsi semua resitasi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan. Prosedur yang digunakan dalam metode inquiry memberi lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, dan saling membantu.
Tahapan-tahapan didalam model pembelajaran inquiry dalam materi pembelajaran ciri pubertas kelas VI adalah sebagai berikut. Pertama, guru memberikan penjelasan, intruksi, atau mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pubertas. Misalnya apa ciri pubertas bagi perempuan dan bagi laki-laki. Kedua, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan. Pada tahap ini guru memberikan penjelasan terhadap persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. Setelah itu guru memberikan resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah mereka pelajari agar dapat lebih dipahami. Sebagai pelengkapnya, guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang telah disiapkan.
Ketiga, guru melakukan kesimpulan dan refleksi pembelajaran. Implentasi model pembelaran inquiry ini memiliki kelebihan. Yaitu dapat mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesi sendiri. Kemudian memberikan waktu secukupnya pada siswa. Sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi yang ada. (*)