Antisipasi Ketergantungan Impor, Pemkab Sleman Tambah Target Tanam Kedelai

CERIA: Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo melakukan panen raya kedelai di lahan Kelompok Tani Margo Mulyo Sumberhajo, Prambanan, beberapa waktu lalu. (HUMAS/JOGLO JOGJA)

SLEMAN, Joglo Jogja – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman berupaya untuk menambah target penanaman kedelai di tahun 2023. Hal ini dilakukan karena di Indonesia saat ini masih bergantung pada kedelai Impor untuk produksi bahan pangan.

Kepala DP3 Suparmono mengatakan, penanaman kedelai lokal saat ini dirasa sangat penting. Karena Indonesia masih sangat ketergantungan kedelai impor untuk produksi tahu, tempe, maupun susu kedelai. “Dalam mengatasi hal ini, produksi kedelai pada sektor pertanian dalam negeri harus terus digenjot. Meskipun tidak mudah,” katanya.

Baca juga:  Guru Beprestasi, Gencar Lahirkan Generasi Berbakat di Tari

Dalam hal ini, Pemkab terus berupaya untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satunya dengan menambah luas lahan untuk menanam kedelai. Dikatakan, saat ini pemerintah menargetkan luas tanam kedelai pada musim tanam tahun 2023 ini seluas 300 hektare.

Jumlah tersebut meningkat enam kali lipat dibanding tahun 2022 lalu. “Pada tahun lalu penanaman kedelai lokal di Sleman sendiri hanya di angka 50 hektar,” tuturnya.

Suparmono berharap, meskipun target dinaikkan enam kali lipat dibanding tahun lalu, ia berupaya agar 300 hektar itu bisa dicapai. Pihaknya akan terus mendorong dan menyiapkan lahan secara maksimal. “Kedelai tahun ini kami menargetkan 300 hektare, Luasnya sudah meningkat enam kali lipat dibanding tahun lalu. Tahun lalu kami hanya ada sekitar 50 hektare,” ujarnya.

Baca juga:  Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ajarkan Eco-Friendly Gardening dengan Ampas Teh

Program tanam kedelai ini bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) pusat. Dalam hal ini, para petani nantinya akan dibantu untuk sarana produksi. “Sejauh ini calon petani dan calon lokasi (CPCL) lahan yang akan ditanami kedelai jenis lokal ini sudah disiapkan,” ungkapnya.

Sebaran lahan paling luas terdapat di wilayah Prambanan. Kemudian di Godean, Seyegan maupun Gamping dengan luasan lahan relatif sedikit di kisaran 10-15 hektare. “Memang di sini kita harus bersaing dengan kedelai impor. Karena terkadang harga kedelai impor  lebih murah dibanding kedelai lokal. Itu yang menjadi tantangannya,” tegasnya.

Baca juga:  UMKU Resmikan Gedung eComBi, Berbahan Kontainer Terbesar

Sehingga, pemerintah setiap tahunnya akan terus mendorong petani untuk menanam kedelai lokal. Diharapkan, dengan upaya tersebut harga kedelai akan lebih bagus. “Selama ini, bisa dilihat kalau pasarnya sendiri pasti ada. Tapi harganya yang tidak bisa ditentukan,” pungkasnya. (cr5/abd)