Oleh: Surawan Nurhidayat, S.Pd.SD
Guru SDN 04 Susukan, Kec. Comal, Kab. Pemalang
SUASA belajar akan sangat berpengaruh terhadap daya serap materi ajar pada salah satu mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan kehidupan nyata siswa. Samatowa (2011:3) mengemukakan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang membahas gejala-gejala alam yang disusun secara matematis. Didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Pembelajaran IPA di kelas menitikberatkan pada proses percobaan untuk menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang dipelajari. Hal ini terjadi ketika pembelajaran yang berlangsung mampu meningkatkan proses berpikir siswa untuk memahami konsep materi. Sehingga siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA bertujuan membantu siswa menguasai sejumlah fakta dan konsep IPA yang dapat mengembangkan dan menanamkan sikap ilmiah. Pemahaman konsep adalah kemampuan individu untuk memahami suatu konsep tertentu. Seorang siswa telah memiliki pemahaman konsep apabila telah menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Suherman 2013:5). Dari pendapat tersebut, siswa yang mempunyai pemahaman akan mampu menjelaskan kembali materi yang sudah dipelajarinya berdasarkan pemahamannya sendiri. Sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna.
Untuk mencapai pembelajaran IPA yang bermakna dan mampu mengaktifkan siswa untuk menguasai konsep-konsep materi pembelajaran IPA yang mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, peran guru sangat berpengaruh. Namun kenyataannya, ketika proses pembelajaran IPA, masih banyak pembelajaran yang dilaksanakan secara konvensional. Yakni berpusat pada guru dan berjalan satu arah tanpa melibatkan siswa secara langsung.
Pembelajaran yang berlangsung hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi tanpa dituntut pemahaman informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa. Selain itu belum menggunakan berbagai pendekatan, metode dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran. Menurut Koes (2003), salah satu kunci untuk pembelajaran IPA harus melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek yang konkret. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menyajikan pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara langsung.
Dalam kegiatan belajar mengajar di SDN 04 Susukan, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar melalui pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran IPA, penulis menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan adalah role playing (bermain peran). Penulis mencoba menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran perpindahan kalor. Mengingat selama ini pemahaman konsep siswa kelas VI SDN 04 Susukan terhadap materi tersebut masih kurang. Menurut Hamalik (2004), role playing atau bermain peran adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut ke dalam sebuah pentas.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan role playing yang dilakukan sebagai berikut. Pertama, guru menerangkan model role playing secara sederhana. Kedua, guru menyampaikan materi yang akan diperankan. Ketiga, guru menjelaskan peranan yang harus dimainkan oleh siswa. Keempat, guru memulai role playing. Kelima, guru menghentikan role playing. Keenam, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi lembar siswa terkait materi yang diajarkan. Ketujuh, guru menyampaikan pendapat. Kedelapan, siswa untuk menyampaikan pendapat. Kedelapan, siswa bersama guru membuat kesimpulan.
Hasil yang didapat dalam penerapan role playing pada pelajaran IPA di kelas VI SDN 04 Susukan, suasana kelas menjadi hidup. Yakni siswa aktif bermain peran, pemahaman konsep terserap dengan baik, dan siswa menikmati pembelajaran. Hal tersebut menunjukan adanya perubahan dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan suasana belajar akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. (*)