Oleh: Wahudi, S.Pd.
Guru SDN 02 Sokawangi, Kec. Taman, Kab. Pemalang
MANUSIA sebagai makhluk sosial harus memiliki dasar kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Dasar itu dapat diperoleh dari suatu pendidikan. Pendidikan dapat melahirkan manusia yang mampu memberikan sumbangan dan berpartisipasi aktif kepada negara dengan segala kecerdasan, bakat dan potensi yang dimiliki. Potensi peserta didik akan berkembang apabila guru menjembataninya dengan proses pembelajaran yang mendukung proses pembelajaraan itu sendiri.
Pembelajaran sendiri adalah suatu proses interaktif yang dapat menjadikan seseorang belajar sesuatu hal. Pendidikan sekolah dasar bertujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, kreatif, inovatif, serta menyiapkan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (Alex dan Ahmad, 2011:106).
Henry Guntur Tarigan (2008:22) berpendapat bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dalam Pergub Jawa Tengah Nomor 57 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa Pasal 5 disebutkan bahwa Mata Pelajaran Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran tersendiri dan terpisah dari mata pelajaran lain. Pelaksanaan mata pelajaran bahasa Jawa dilakukan dari tingkatan sekolah dasar sederajat sampai tingkat sekolah menengah atas/sederajat dengan alokasi waktu minimal 2 jam pelajaran tiap minggunya.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa diajarkan menulis dan membaca aksara Jawa. Aksara Jawa atau biasa disebut hanacaraka (dikenal juga dengan nama carakan) adalah aksara turunan aksara brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, Makasar, Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak. Bentuk hanacaraka yang sekarang dipakai sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17), tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19.
Adapun pembelajaran mengenai aksara Jawa tersebut di atas tidak lepas dari bahasa Jawa itu sendiri, yang digunakan sebagai bahasa dasar untuk pedoman bagi penulisan aksara Jawa. Pada saat pembelajaran di kelas III SDN 02 Sokawangi pada mata pelajaran bahasa Jawa terutama pokok bahasan aksara jawa ternyata banyak siswa mengalami kesulitan bagaimana cara menuliskan dan membaca aksara Jawa. Padahal aksara Jawa sebagai warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Sehingga sebagai seorang guru atau pendidik, berupaya supaya siswa memahami dan menikmati pembelajaran aksara jawa ini sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Maka digunakanlah teknologi sebagai media pembelajaran aksara Jawa ini untuk meningkatkan minat belajar anak tingkat SD, yaitu penggunaan kartu aksara jawa.
Menurut Susilana dan Riyana (2009:95), media kartu memiliki kelebihan, yaitu mudah dibawa karena ukuran kartu yang kecil sehingga mudah disimpan di dalam tas bahkan saku. Kemudian praktis dilihat, dari cara pembuatan media kartu dan penggunaan media kartu. Mudah diingat karakteristik kartu, serta menyenangkan dalam penggunaannya.
Dalam pembelajaran, cara menggunakan media kartu yaitu sebagai berikut. Pertama, kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa. Kedua, cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru menerangkan. Ketiga, berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk didekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut satu persatu, kemudian teruskan kepada siswa yang lain. Lalu keempat, jika disajikan dalam permainan, letakkan katu-kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu disusun. (*)