Belajar IPA Lebih Interaktif Terampil dengan Think, Pair, and Share

Oleh: Siti Cholifah, S.Pd
Guru SD N 02 Tambakrejo, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang

PROSES pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan akan tercapai apabila seorang pendidik dapat menyajikan metode pembelajaran yang lebih menarik yang dapat diterima oleh peserta didik. Menurut Pidarta (2013), guru yang profesional adalah guru yang berupaya membuat siswanya belajar atas dorongan diri sendiri. Yakni untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi lainya secara optimal ke arah positif. Guru tidak hanya sekedar sebagai pemberi ilmu, tapi juga berusaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang sudah dimilikinya.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dari sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran itu sendiri. Faktor yang cukup dominan menyebabkan rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran adalah pelaksanaan pembelajaran (McGee dkk., 2001). Kebanyakan guru memilih metode pembelajaran yang dianggap paling mudah dalam perencanaannya dan pelaksanaannya.

Pada umumnya, aktivitas belajar siswa dapat diasumsikan sebagai suatu proses psikomotirik. Yaitu suatu tindakan keterampilan yang akan berkembang jika sering dilakukan dan akan berpengaruh pada kemampuan kognitif siswa untuk aktif didalam berpikir. Hubungan ini dapat saling berkaitan dengan struktur yang mapan dan dapat diekspresikan dari berbagai pemikiran dengan segala macam cara.

Aktivitas belajar siswa dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, karena memberikan kesempatan untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari. Sehingga pengetahuan siswa yang diberikan menjadi suatu konstruksi pengetahuan akan mengarah pada proses belajar. Seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, dan dapat menjawab pertanyaan dari guru.

Adapun tujuan pelajaran IPA yaitu untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian mengembangkan rasa ingin tahu dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Kemudian mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar.

Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa sangat rendah. Siswa tidak menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Yakni kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, dan komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan.

Kemudian Soejanto dalam Dimyati (2009: 26-27) menyatakan, prestasi belajar dapat pula dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi, nilai, dan sikap. Maka, diperlukan adanya upaya untuk menemukan solusi dalam proses pembelajaran IPA dengan menerapakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Yakni dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, kemudian meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and share (TPS) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan temannya. Selain itu mampu meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (dua sampai enam anggota), dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.

Model TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran bermakna akan membuat siswa lebih memahami konsep dengan benar dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah dasar (SD). (*)