Affective Learning Strategies dalam IPS Dukung Peningkatan Moral Siswa

Jatmiko,S.Pd.

Oleh: Jatmiko, S.Pd.
Guru IPS SMPN 2 Taman, Kab. Pemalang

PROSES belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Di sekolah, pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sebelum ia melaksanakan tugasnya. Hampir semua strategi pembelajaran menitikberatkan pada pengembangan kognitif siswa. Namun ada satu strategi pembelajaran yang berbeda. Yaitu strategi pembelajaran afektif, yang memberi harapan besar untuk keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Di dalam proses pembelajaran, seorang guru semestinya memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar secara afektif, efisien, serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Guru saat ini harus mengerti gejala-gejala yang dihadapi dan nilai nilai yang diteruskan kepada peserta didik. Sehingga harus lebih kreatif dan inovatif, serta mampu melakukan modifikasi tingkah untuk pengelolaan kelas yang efektif.

Di kelas VIII SMPN 2 Taman Kabupaten Pemalang, guru tentunya juga menginginkan agar kelas yang dikelolanya kondusif. Kemudian dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru memiliki strategi pembelajaran yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan saja. Tetapi juga memperhatikan sikap siswa, yaitu affektive learning strategies.

Menurut Suyadi (2018:190), affektif learning strategies atau pembelajaran afektif adalah strategi pembelajaran pembentukan sikap, moral, atau karakter siswa melalui semua mata pelajaran. Afektif selalu berhubungan dengan minat dan sikap seperti komitmen, tanggung jawab, disiplin, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan pengendalian diri. Oleh karena itu, ketika strategi pembelajaran afektif diterapkan dalam proses pembelajaran, secara otomatis akan berorientasi pada penanaman nilai-nilai karakter tersebut. Alasan guru menerapkan affektive learning strategies dalam proses pembelajaran di kelas VIII adalah untuk membantu menanamkan moral siswa ke arah yang lebih baik serta berguna bagi masyarakat sekitar. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya.

Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

Salah satu aksi nyata yang guru jalankan dengan affetive learning strategies adalah saat proses pembelajaran IPS materi Keanekaragaman Suku dan Budaya Setempat. Dengan melalui tahapan yang diawali dengan pembiasaan. Guru melakukan pola pembiasaan untuk menanamkan sikap tertentu, membiasakan siswa untuk melakukan hal-hal yang baik, dan bersikap dengan baik. Maka dari pembiasaan itu, siswa akan lebih mudah untuk mengubah sikap siswa. Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan berdoa, mengarahkan siswa bertanya dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, berbicara dengan santun, setiap kali siswa meraih prestasi tertentu. Guru memberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan.

Dengan affektive learning strategies, siswa kelas VIII menjadi memiliki kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran IPS di sekolah. Motivasinya tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai beragamnya suku dan budaya di wilayah Indonesia. Dalam ranah afektif, bukan sikap dan nilai saja yang diutamakan, tetapi meliputi hal yang lebih rumit. Artinya siswa diharapkan memperhatikan sebuah fenomena.

Selanjutnya siswa mampu memberikan sebuah respon tertentu untuk diorganisasikan dalam dirinya dan dalam mengubah tingkah laku moralnya menjadi semakin baik. Affective learning strategies tak hanya memahamkan para siswa kelas VIII SMPN 2 Taman Kabupaten Pemalang dalam pembelajaran IPS. Namun juga dukung peningkatan moral siswa. (*)