Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Matematika

Oleh: Darminto, S.Pd.SD., M.Si
Guru SD N 03 Pesantren, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang

MATEMATIKA merupakan satu mata pelajaran yang hasil dikuasai oleh siswa. Tapi sampai  sekarang masih ada siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika dan    prestasi belajarnya belum menunjukkan hasil yang optimal. Kondisi ini dilihat dalam pembelajaran matematika siswa tidak antusias, lesu, dan jenuh. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya informasi yang berkaitan dengan pembelajaran matematika disekolah.

Kemampuan dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang guru. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kecakapan dan keahlian memilih metode mengajar. Menurut Lif Khoiru Ahmadi (2011:101), metode mengajar adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.

Jenkins dan Unwin (Hamzah Uno, 2011:17) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Sedangkan Briggs (dalam Enos Taruh, 2003:17) mendefinisikan hasil belajar sebagai seluruh kecakapan dari hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor fisiologis. Dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, yang turut mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. Meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Penilaian hasil belajar menggunakan media gambar dapat digunakan untuk memudahkan siswa untuk memahami matematika. Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan (oral), atau peragaan (visual) secara tepat. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan. Agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaifül, 2008:210).

Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pembelajaran di kelas (Syaiful, 2008:210). Menurut Syaiful (dalam Faizalnizbah 2013), dengan     mempertunjukkan atau memperagakan suatu tindakkan, proses, atau prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut. Pertama, memperkecil   kemungkinan   salah    bila dibandingka kalau siswa hanya menghitung saja. Kedua, memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi.

Kelemahan metode demonstrasi di antaranya memerlukan persiapan yang lebih matang, memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses belajar siswa.

Menurut Syaiful Bahri Djamariah (2002:10), belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sebuah ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Ernest R. Hilard dalam (Sumadi Suryabrata 1984:252), belajar adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh yang Iainnya. Langkah-Iangkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut. Pertama, tahap persiapan. Rumuskan tujuan yang harus dicapai siswa dan persiapan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan dan lakukan uji coba demonstrasi. Kedua, tahap pelaksanaan.

Pada siklus I, dilaksanakan pembelajaran tentang mateni Bangun Ruang Data Path. Pembelajaran ini dengan menggunakan alat peraga geometri bangun ruang datar dan metode demonstrasi, terjadi peningakatan hasil belajar siswa. Pada sikius II, tindakan peneliti sudah mulai sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga mulai berdampak baik pada hasil belajar siswa di kelas. Pada siklus III, tindakan penelitian sudah sesuai dengan yang diharapkan. (*)