Drill Mudahkan Siswa Hafalan Q.S. Al-Maun dan At-Tin

Oleh: Musyaropah, S.Pd.I
Guru SDN 04 Klareyan, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang

KEMAMPUAN membaca merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Terutama di era globalisasi sekarang ini, seseorang butuh untuk bisa membaca guna memperoleh imformasi. Semua orang dituntut untuk bisa membaca. Terutama membaca Al-Qur’an bagi umat Islam. Pembelajaran Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanaan dan ditumbuh kembangan bagi setiap individu muslim. Karena berkaitan langsung dengan ibadah ritual seperti sholat, haji, dan berdo’a.

Kemampuan membaca Al-Qur’an bagi anak-anak memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan orang dewasa. Guru hendaknya memperhatikan hal ini agar tidak gagal dalam mendidik anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an. Prinsip-prinsipnya adalah bisa membaca dengan tarqiq, tartil, dan tadwir.

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam SD Negeri 04 Klareyan di kelas V, terdapat materi Menunjukkan Hafalan Q.S al-Maun dan Q.S.at-Tiin dengan Baik dan Benar. Namun, kemampuan siswa dalam menghafal sangat rendah. Diketahui, masih banyak siswa yang belum mampu menghafal dengan benar. Oleh karena itu guru berusaha untuk menyikapi hal tersebut dengan mencoba menggunakan metode drill. Dengan metode ini,  diharapan siswa dapat menunjukkan hafalan Q.S Al-Maun dan Q.S.At-Tin dengan baik dan benar.

Metode drill merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada kegiatan latihan yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus, untuk menguasai kemampuan atau ketrampilan tertentu. Berdasarkan pendapat Roesdyah MK (2001:125), metode drill adalah teknik yang dapat diartikan sebagai suatu metode mendidik. Dimana peserta didik melakukan kegiatan latihan agar peserta didik mempunyai ketrampilan lebih tinggi dari yang dipelajari.

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa memiliki ketrampilan motorik/gerak. Seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda, serta melasanakan gerak dalam olahraga. Kemudian mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung, dan mencongak. Lalu memiliki kemampuan menghubungkan antara sesatu keadaan dengan hal lain. Seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-banjir, penggunaan lambang/simbol di dalam peta, dan lain-lain.

Metode driil banyak digunakan pada pembelajaran ketrampilan, karena berbagai pertimbangan keunggulan yang dimiliki metode tersebut. Berdasarkan pendapat Syaiful Sagata (2006:217), keunggulan metode drill terletak pada kecepatan penguasaan materi sebagai dampak latihan yang diulang-ulang. Senada dengan pendapat di atas, keunggulan lain metode driil diuraikan oleh pendapat dari Muchlisin Riadi (2013), antara lain sebagai berikut. Pertama, dalam waktu yang relatif singkat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena intensitas latihan yang cukup dan pengulangan-pengulangan yang terjadi atau dilakukan. Sehingga siswa dapat menguasai ketrampilan dan kemampuan yang diajarkan. Kedua, akan tertanam pada setiap pribadi siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin. Hal tersebut berkat kebiasaan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan.

Keunggulan metode ini antara lain terletak pada penguasaan ketrampilan dengan waktu yang cukup singkat. Karena pada teknik ini pemberian materi kepada siswa dilakukan dengan berulang-ulang, kemudian siswa akan memiliki kebiasaan belajar disiplin secara rutin. Ini terjadi karena pengulangan-pengulangan yang dilakukan.

Dengan pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang, siswa menjadi mudah untuk menghafal dan bertahan lama dalam ingatan. Hal ini terbukti bahwa penggunaan metode drill sangat baik digunakan untuk pembelajaran PAI dikelas V pada materi Hafalan Q.S.Al-Maun dan Q.S.At-Tin dengan baik dan benar. Keaktifan dan minat siswa dalam belajar menjadi meningkat dan siswa menjadi semangat dalam mengikuti pembelajaran. Maka, hal ini menjadikan hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal terlampaui. (*)