Oleh: Utiyah, S.Pd
Guru SDN 01 Kaliprau, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
DALAM upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, guru harus mampu membedakan intruksi pembelajaran di kelas. Salah satu strategi pembelajaran yang bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa yang mempunyai kemampuan beragam yaitu pembelajaran diferensiasi (differentiated teaching) atau mendiferensiasikan pengajaran.
Ada tiga pendekatan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, diferensiasi konten. Merupakan apa yang dipelajari oleh peserta didik, berkaitan kurikulum dan materi pembelajaran. Kedua, diferensiasi proses. Yakni cara peserta didik mengolah ide dan informasi, mencakup bagaimana peserta didik memilih gaya belajarnya. Ketiga, diferensiasi produk. Yaitu peserta didik menunjukkan apa saja yang telah dipelajari (Wasih dkk., 2020).
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu bentuk usaha dalam serangkaian pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik. Dari segi kesiapan belajar, profil belajar peserta didik, minat, dan bakatnya (Tomlinson, 2001). Meskipun pembelajaran berdiferensiasi ini bukan hal yang baru, namun dalam penerapan aktivitas belajar mengajar masih jarang dilakukan. Setiap siswa merupakan individu unik dengan karakteristik yang berbeda-beda dengan individu lainnya.
Peserta didik merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan yang harus didekati, didengar, dan diapresiasi secara komprehensif mengenai semua harapan dan aspirasinya. Peserta didik merupakan sosok yang mempunyai potensi dan kemampuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dianggap sebagai pemsemaian yang subur untuk mengembangkan siswa secara menyeluruh.
Guru sekolah dasar sebagai fasilitator pembelajaran tidak dapat menghindari keberagaman siswa yang terjadi dalam suatu kelas. Terlebih dalam memutuskan strategi apa yang harus digunakan dalam pembelajaran. Seiring berkembangnya zaman, guru masa kini dituntut untuk inovatif dan kreatif dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran. Tujuannya, supaya pembelajaran yang dilakukan berlangsung efektif.
Keberhasilan siswa dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan belajar siswa secara mandiri. Sehingga hasil belajar yang dilakukan merupakan pengetahuan yang dikuasainya sendiri. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu digunakan pendekatan atau metode yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Salah satunya melalui pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah matematis merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang didefinisikan oleh Polya (dalam Diar 2015: 31) pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencapai suatu tujuan. Polya juga mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi. Yakni dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Meskipun kenyataan yang sering terjadi saat ini dalam melatih memecahkan masalah, peserta didik belum membudaya. Kegiatan pembelajaran matematika sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah harus memperhatikan hetererogenitas kemampuan matematika siswa.
Perbedaan individual siswa sekolah menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan nyata dan kemampuan potensi. Kemampuan nyata adalah kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Karena merupakan hasil usaha atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.
Sedangkan kemampuan potensial adalah kecakapan yang masih tertanam dalam diri siswa yang diperolehnya secara pembawaan. Sehingga memiliki peluang untuk berkembang menjadi kemampuan nyata. Beberapa dampak positif jika guru sekolah dasar mengembangkan pembelajaran diferensiasi matematika adalah kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran diferensiasi lebih meningkat. Yakni bila dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran diferensiasi juga lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa. Kemudian terdapat interaksi antara pembelajaran (konvesional dan diferensiasi) dan pengetahuan awal matematis (atas dan bawah) terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis. (*)