Ingin Pindah, Tapi Warga Tolak Relokasi di Rusunawa

  • Bagikan
PROTES: Warga Dinar Indah Semarang ramai-ramai bentangkan spanduk tolak rencana relokasi di Rusunawa, Selasa (21/2/23). (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Warga Rowosari dan Meteseh, Kecamatan Tembalang, sudah terdampak banjir sebanyak tiga kali sepanjang 2023. Khususnya warga Perum Griya Permai Rowosari dan Perum Dinar Indah Meteseh.

Pada banjir bandang di awal Januari, warga masih mendapat cukup bantuan dari Pemkot Semarang maupun para relawan. Namun pada banjir berikutnya hingga terakhir (18/2) mereka harus menanggung kerugian sendiri.

Bahkan warga Perum Griya Rowosari harus membayar iuran sekitar Rp3 juta rupiah untuk sekali pembersihan got yang tertutup lumpur. Belum lagi waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk membersihkan sisa lumpur pasca banjir.

Hal itu disampaikan salah satu warga Perum Griya Permai Rowosari, Ahmad Sukri (54) saat ditemui di depan rumahnya, Selasa (21/2). Lelaki paruh baya itu sangat menyayangkan sikap pengembang yang terkesan lambat dan abai.

“Masak kita udah keluar uang banyak, mereka masih diam saja. Kalau gini caranya kita enggak nyaman tanggal di sini, selalu was-was banjir setiap waktu. Karena daerah lain yang hujan, kita tetap kena imbasnya (luapan),” katanya.

Lelaki itu sudah tinggal di sana selama lima tahun. Namun sejak awal dirinya tak mengetahui bila daerahnya yang masuk Kecamatan Tembalang juga bakal menjadi langganan banjir, bahkan banjir bandang.

“Habis uang dan tenaga, sekarang enggak bisa masuk kerja dan enggak ada bantuan sama sekali. Jangan sampai ada orang lain beli rumah di sini, kasian. Saya pengen pindah aja kalau bisa, kasian anak-anak,” tutur Sukri.

Pihaknya juga mengeluhkan sama sekali tidak ada bantuan dari pemerintah. Keran air mati juga menghambat pembersihan sisa lumpur bagi sebagian warga. Anak-anaknya pun terpaksa tidak masuk sekolah.

Ketua RT 06 RW 03 Perumahan Griya Rowosari Permai, Sri Widodo pun membenarkan belum ada bantuan masuk di wilayahnya.

“Bantuan di Rowosari belum ada kabar sama sekali, baru ada air bersih dan kemarin makan siang itu pun tidak dari dapur umum. Sudah di konfirmasi ke RW dan kelurahan tidak ada dapur umum,” kata Sri di rumahnya.

Di sisi lain, Warga RT 06 RW 26 Perumahan Dinar Indah Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang justru keluhkan pengembang yang telah menghilang sejak 2016. Mereka berharap agar pengembang bisa muncul untuk bertanggung jawab dan turut memikirkan kawasan yang seringkali diterjang banjir bandang tersebut.

“Pengembang sudah menghilang tujuh lalu tahun sejak banjir pertama. Kami harap pengembang bisa muncul dan dan bisa berkomunikasi dengan warga bagaimana solusi yang terbaik,” ujar Ketua RT 06 RW 26 Perumahan Dinar Indah Meteseh, Patris Olla, Senin (20/02).

Menurutnya, pengembang yang kabur sudah selama tujuh tahun tersebut membuat banjir di wilayah ini semakin parah. Pasalnya, pengembang lah yang semestinya bertanggung jawab atas persoalan banjir di kawasan Perumahan Dinar Indah.

Patris mengatakan, janji yang diikrarkan oleh pengembang untuk membenahi tanggul di Sungai Pengkol pada 2016 juga bualan. Warga selama ini merasa ditipu lantaran pengembang lepas tangan dan tidak mau tanggung jawab.

“Sejak 2016 banjir pertama itu sempat membantu warga juga. Dikontrakkan rumah untuk mengungsi, dikontrakkan rumah selama 1 tahun janjinya ini saya kontrakkan sambil saya benahi tanggul segala macam lah. Tanggul belum selesai dibangun itu dihajar banjir akhirnya menghilang sejak hari itu sampai hari ini. Tidak ada komunikasi sejauh ini, tidak bisa,” ungkap Patris.

Ia menduga, suatu saat nanti pengembang akan muncul kembali di hadapan warga Perumahan Dinar Indah Meteseh melalui kuasa hukumnya. Terkait hal ini Patirs mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan kuasa hukum untuk mengadvokasi masalah ini.

“Kita juga jaga-jaga pasalnya pengembang tidak mungkin datang sendiri. Pasti dia membawa kuasa hukum untuk bertemu. Kita juga siapkan kuasa hukum untuk mengantisipasi,” ucapnya.

Saat ini berdasarkan identifikasi warga, ada 10 unit rumah yang belum ada penghuninya. Rumah yang masih menjadi milik pengembang tersebut saat ini berada dalam pengawasan warga setempat.

Sementara itu, Kristianto (48) warga RT 06 RW 26 Perumahan Dinar Indah Kelurahan Meteseh menyesalkan pengembang yang tidak mau bertanggung jawab. Sejak peristiwa banjir tahun 2016, pengembang mulai menghilang.

Ia berharap, pengembang bisa muncul dan ikut memikirkan solusi atas permasalahan banjir yang dihadapi oleh warga setempat. Warga yang terdampak juga ingin direlokasi di lahan yang kosong di perumahan ini, khususnya Blok 2.

“Saya tinggal di sini sejak tahun 2013 awal perumahan ini dibangun saya sudah masuk. Pengembang sudah lari mas dari tahun 2016,” ujarnya.

SUASANA: Warga Dinar Indah Semarang saat membersihkan rumah, belum lama ini.

Tolak Relokasi di Rusunawa

Diketahui, Pemerintah Kota Semarang berencana melakukan relokasi warga Perumahan Dinar Indah Kelurahan Meteseh. Rencananya warga akan direlokasi di rusunawa milik Pemkot, mengingat kawasan ini seringkali terdampak banjir bandang.

Merespon hal itu, puluhan warga dari RT 06 RW 26 Perumahan Dinar Indah Meteseh menolak keras rencana relokasi di rusunawa. Pada Senin (20/02) sore, mereka beramai-ramai membentangkan spanduk yang berisi penolakan atas rencana tersebut.

Aksi dilakukan di tanah lapang yang masih menjadi aset milik pengembang yang kabur sejak 2016 lalu. Salah satu spanduk bertuliskan “Kami bukan warga Bantaran Sungai Banjir Kanal Timur. Relokasi rumah rusunawa bukan solusi,”. Selain itu, warga juga menempel sebuah spanduk pada 10 unit rumah tanpa penghuni yang masih menjadi milik pengembang. “Tanah/bangunan ini dalam pengawasan warga RT 06 RW 26 Blok 7,” begitu tulis spanduk yang menempel pada salah satu dinding rumah.

Ketua RT 06 RW 26 Perumahan Dinar Indah Kelurahan Meteseh, Patris Olla menyatakan bahwa warga menolak rencana relokasi di rusunawa. Pasalnya, warga membeli rumah di Dinar Indah dengan akad resmi.

“Kami menolak karena kami bukan warga Bantaran Sungai, kami warga perumahan yang membeli rumah yang ditawarkan pengembang dengan akad resmi,” ujarnya saat ditemui usai aksi, Senin (20/06) sore.

Menaggapi puluhan rumah yang seringkali terendam air saat banjir, warga ingin rumah yang terdampak direlokasi di tanah lapang di Blok 2 Perumahan Dinar Indah. Aset milik pengembang ini dinilai cocok dijadikan tempat relokasi.

“Ini aset pengembang yang mungkin bisa jadi tempat relokasi, sehingga kami berupaya mengawasi lahan. Supaya ke depan kami harap Pemkot bisa bantu untuk relokasi di tempat ini, ini lahan pengembang,” ungkap Patris.

Berdasarkan site plan yang didapatkan warga, kawasan Blok 2 Perumahan Dinar Indah masih ada lahan kosong luas yang dimungkinkan bisa dibangun 30 rumah untuk relokasi.

“Luasnya kurang tahu persis. Dinar Indah Blok 2 itu lahan kosong. Kalau dihitung bisa 30 rumah, ini bisa dikatakan mencukupi warga terdampak banjir,” ucap Patris.

Sementara itu, saat ini juga ada 10 unit rumah milik pengembang yang belum ada penghuninya. 10 rumah yang sudah dipasang spanduk tersebut sedang dalam pengawasan warga. Hal ini juga bentuk peringatan kepada pengembang yang kabur tujuh tahun lalu.

“Pengembang sudah menghilang tujuh tahun sejak banjir pertama. Kami harap pengembang bisa muncul dan dan bisa berkomunikasi dengan warga bagaimana solusi yang terbaik,” pungkas Patris. (luk/gih)

  • Bagikan