Oleh: Inayah, S.Pd
Guru SDN 02 Purwosari, Kec. Comal Kab. Pemalang
METODE pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran selama ini masih didominasi metode ceramah. Metode tersebut sering membuat bosan peserta didik. Apalagi bila diterapkan pada anak seusia sekolah dasar. Sementara, usia SD masih tergolong usia gemar bermain. Maka keinginan untuk bermain tersebut harus diupayakan dan diarahkan. Artinya, walaupun sambil bermain mereka tetap belajar. Hal ini perlu diterapkan pada anak didik agar dalam pembelajaran lebih fokus. Belajar sambil bermain ini akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak didik. Apalagi untuk siswa kelas 1 yang masih usia bermain perlu adanya metode pembelajaran yang menyenangkan.
Pada pembelajaran tema Diriku materi Kosakata Anggota Tubuh, guru masih cenderung menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan materi saja. Apalagi kondisi peserta didik dalam belajar kurang termotivasi. Akhirnya banyak masalah yang muncul ketika proses pembelajaran pada peserta didik, seperti kurang semangat dalam melaksanankan tugas guru. Kemudian kurang fokus dalam menerima pelajaran, kurang mampu dalam menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, kurang dalam belajar kerjasama. Lalu kurang berani bertanya, dan kurang berani dalam berargumentasi. Sehingga kompetensi yang diharapkan belum sesuai dengan tujuan.
Harapannya, guru adalah peserta didik mampu menyerap dan memahami materi yang diajarkan. Selanjutnya guru mencari solusi agar pembelajaran berhasil yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT (teams group tournament). Diharapkan dengan model ini mampu memotivasi peseta didik dalam menerima materi pembelajaran.
Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma (2009:81), model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dan kerja sama yang baik. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok. Baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok.
Tahapan aktivitas model pembelajaran TGT menurut Slavin (2008) yaitu persiapan, presentasi kelas, belajar kelompok (tim). Berikutnya permainan/pertandingan (game/tournament), dan rekognisi tim (penghargaan tim). Dalam TGT, siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Langkah–langkah dalam pembelajaran Kosakata Anggota Tubuh dengan model TGT yaitu sebagai berikut. Pertama, guru melakukan presentasi dengan menjelaskan materi dan model TGT. Guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat/bahan. Kedua, pembentukkan tim. Guru membentuk beberapa kelompok dalam satu kelompok terdiri dari empat anak. Guru mengitruksikan agar semua anggota tim benar-benar belajar, agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Game dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Ketiga, guru menyiapkan pelajaran. Kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut dengan cara menghafal. Keempat, guru mengarahkan aturan permainannya sebagai berikut. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis. Pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model TGT, motivasi dan hasil belajar peserta didik meningkat. Dibuktikan dengan mereka bebas mengaktualisasi diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik dapat keluar. Interaksi pembelajaran kelas menjadi hidup. Bosan dan jenuh sudah berganti menjadi lebih menyenangkan saat peserta didik menerima pelajaran. (*)