Media Spinpus untuk Tingkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Sekolah Dasar

Oleh: Artiyasih, S.Pd.
SD N 05 Sarwodadi, Kec. Comal, Kab. Pemalang

DALAM penerapan sehari-hari, pembelajaran bahasa Indonesia diingat seperti pelajaran yang kurang menyenangkan, tidak seru, dan kurang menarik minat peserta didik.  Pembelajaran bahasa berisikan banyak bacaan yang lumayan panjang dan membuat peserta didik kurang tertarik. Walaupun menjadi bahasa wajib, penerapan bahasa Indonesia masih jarang digunakan. Sehingga bahasa Indonesia terasa asing penulisan dan penggunaannya.

Dalam bahasa Indonesia, kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang ada dalam pelajaran. Kemampuan berbicara dapat diterapkan dalam berbagai bentuk. Contohnya adalah dengan bercerita. Bercerita mampu melatih kemampuan berbicara. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal dasar yang ada di Indonesia. Kegiatan pendidikan yang diterima di sekolah dasar mengutamakan karakteristik siswa pada usianya. Dimana pembelajaran yang dilakukan terasa menyenangkan dan bermakna. Tidak jarang guru dituntut untuk selalu inovatif dalam pelaksananya. Untuk itu, dalam pembelajaran, sering kali guru menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar.

Sekarang ini, alat bantu dalam pembelajaran yang menarik sangat diperlukan. Karena adanya pandemi dan sekolah dilakukan secara daring. Hal ini menjadikan anak kurang percaya diri saat berbicara maupun bercerita di hadapan orang lain secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan media yang dapat menarik fokus dan keberanian peserta didik dalam mengungkapkan perasaan cerita yang dialami dengan berani.

Dina Indriana (2011) menjelaskan bahwa media merupakan alat bantu yang dapat bermanfaat untuk peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran bertujuan untuk memudahkan peserta didik untuk mendapat dan mengolah penjelasan penting yang sampaikan guru sebagai pendidik yang termuat dalam materi.

Menurut Kemp dan Dayton, (1985) pada (Nasution et al. 2017), bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang penggunaannya menggunakan kertas. Bahan ajar tersebut digunakan dalam pembelajar untuk menyampaikan informasi. Bahan ajar cetak dapat berupa buku, majalah, koran, brosur, poster, pamflet, lembar kerja siswa, dan lain-lain.

Saat pembelajaran di dalam kelas, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia penggunaan media yang menarik sangat diperlukan untuk menarik fokus dan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang akan dilakukan. Media juga dapat menjadi salah satu metode untuk mendorong peserta didik berpikir kritis dan dapat menciptakan pembelajaran berdasarkan pengelaman yang ia miliki.

Contoh bentuk media pembelajaran yang menarik yaitu memakai permainan puzzle. Penggunaan media puzzle dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Terutama dalam hal pemecahan masalah, melatih fokus, dan berpikir kritis. Melihat hal tersebut, muncul lah media pembelajaran SPINPUS. Media SPINPUS merupakan media yang dibuat dengan memadukan permainan spin, puzzle, dan lagu. Dalam penggunaannya, peserta didik harus memutar spinter lebih dahulu untuk menyelesaikan soal yang berupa puzzle dan lagu.

Penggunaan spin memiliki nilai kesenangan tersendiri, dimana dapat menarik perhatian, fokus, dan rasa penasaran peserta didik akan soal yang didapatkan. Sehingga perpaduan spin, puzzle, dan lagu akan menyenangkan saat dimainkan secara berkelompok maupun individu. Penggunaan media SPINPUS dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat menggerakkan kemampuan memecahkan masalah dengan melihat, mendengar, dan berbicara. Hal ini dapat mengatasi kebosanan peserta didik dalam kegiatan membaca dan menulis.

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan media selama proses pembelajaran memberikan dampak baik dengan meningkatkan semangat peserta didik dalam menangkap materi yang sedang dijelaskan. Penggunaan media SPINPUS digunakan saat pembelajaran berlangsung. Sehingga mengusung konsep belajar sambil bermain, yang diharapkan bisa membuat proses belajar lebih mengasyikkan. Di samping itu, topik pembahasan yang disampaikan guru dapat diterima oleh pemahaman peserta didik. (*)