Pembelajaran Kimia Sistem Koloid Lebih Bermakna dengan Quantum Teaching

Oleh: Sri Wahyuni, S.Pd.
Guru Kimia SMA N 1 Demak

PEMBELAJARAN adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan dirinya turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tidak berpusat pada guru. Melainkan berpusat pada siswa (student centered learning). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan. Kemudian akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka dari itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan memaksimalkan faktor pendukung lainnya.

Materi pelajaran kimia yang masih mendapat nilai rendah, yaitu materi Koloid. Materi ini cenderung diremehkan dan dianggap mudah serta kurang diminati siswa yang tidak menyukai hafalan. Materi koloid merupakan materi kimia kelas XI pada semester dua yang keseluruhannya berisi teori dan tidak mengandung unsur matematis. Sehingga kemungkinan besar siswa mempelajari materi tersebut dengan jalan menghafal. Siswa kurang aktif dan tegang dalam proses pembelajaran.

Sebenarnya, masalah tersebut bisa diatasi jika siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Sehingga pembelajaran akan menjadi menarik dan menyenangkan. Dengan begitu, rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran menjadi tinggi dan berimbas pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

Quantum teaching adalah pengubahan suasana belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Di samping itu menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Langkah-langkah metode quantum teaching terdiri dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan atau dikenal dengan singkatan TANDUR. Pertama, tumbuhkan. Secara umum konsep tumbuhkan adalah mengikutsertakan siswa, memikat mereka, serta menarik perhatian mereka terhadap suatu materi yang akan diajarkan. Guru bisa memulai kelas dengan interaksi sederhana bersama siswa. Selanjutnya memberikan pemantik semangat agar tertarik mengikuti proses pembelajaran.

Kedua, alami. Pada tahap ini, guru diharapkan mampu menciptakan pengalaman umum bagi siswa melalui contoh peristiwa yang mudah dimengerti. Ketiga, namai. Tahap ini berada pada kegiatan inti pembelajaran siswa di kelas. Guru menjelaskan peristiwa yang sudah dicontohkan sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan. Guru diharapkan mampu memilih kata-kata yang mudah dimengerti, konsep yang jelas, serta strategi yang dapat dimengerti siswa.

Keempat, demonstrasikan. Setelah memberikan contoh dan penjelasan, selanjutnya berikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga, bermain peran, ataupun dengan permainan sederhana. Kelima, ulangi. Tahap ini pada dasarnya bertujuan untuk memperkuat hal-hal yang telah dipelajari siswa di tahap-tahap sebelumnya. Biasakan untuk mengulangi hal yang telah dibahas pada pertemuan tersebut. Pastikan siswa telah memahami hal yang dijelaskan saat itu. Bila perlu, beri rangkuman tentang materi yang telah dibahas.

Keenam, rayakan. Tahap ini berada di bagian akhir sekaligus menjadi penutup dari rangkaian metode quantum teaching. Tujuan dari adanya tahap ini adalah memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang telah dilalui oleh siswa. Sehingga akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan mengakhiri sesuatu secara baik dan gembira, maka pada pertemuan selanjutnya siswa cenderung akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Harapannya, dengan menggunakan quantum teaching, materi Sistem Koloid dapat lebih memberikan warna dalam pembelajaran kimia. Sehingga kesan materi hafalan ini tidak terjadi dengan inovasi model pembelajaran yang dikembangkan. (*)