Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran TGT

Oleh: Setyowati, S.Pd
SDN 02 Kaliprau, Kec, Ulujami, Kab. Pemalang

PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Yakni agar memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan emosional, pengendalian diri, kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains, yang berasal dari bahasa Inggris science. Science terdiri dari dua bidang, yaitu social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam saja.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa. Baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh siswa atau setidaknya sebagian besar siswa terlibat secara aktif. Dalam kaitannya dengan hasil belajar, jelas bahwa untuk menciptakan seseorang yang berhasil dalam pendidikan, mereka harus benar-benar memahami dan mengerti tentang pentingnya pengetahuan.

Hasil belajar siswa tidak diperoleh begitu saja tanpa usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Selain itu, ada faktor lain yang mempengaruhinya. Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar. Yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.

Untuk mewujudkan semua ini, tentunya dibutuhkan sebuah persiapan yang matang tentang perangkat pembelajaran. Termasuk di dalamnya model pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan adalah pembelajaran kooperatif. Yakni pembelajaran yang memungkinkan seluruh siswa dapat secara aktif berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam proses pembelajaran.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Pada pembelajaran kooperatif, terdapat juga beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah tipe teams games tournament (TGT). Pada pembelajaran ini, siswa dimungkinkan dapat lebih banyak berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam bentuk diskusi dan kompetisi. Pada prosesnya, pembelajaran TGT memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan.

Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang oleh guru sebelumnya. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan untuk berkompetisi dalam sebuah turnamen pembelajaran untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Turnamen yang dilakukan dikemas dalam suasana permainan. Sehingga menyenangkan dan tidak membosankan.

Pembelajarn TGT juga dapat membuat siswa mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Dengan begitu, masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran TGT, guru
berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendpaat dalam proses pembelajaran.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kerja kelompok. Kelompok yang dimaksud disini bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Namun kelompok yang berinteraksi, memiliki tujuan, dan berstruktur. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif.

TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis. Langkah pembelajaran TGT, yaitu diawali dengan Membentuk kelompok yang heterogen beranggotakan tiga sampai lima siswa. Lalu guru menyiapkan pelajaran, kemudian kelompok belajar dalam tim mengerjakan lembar kegiatan untuk menguasai materi. Selanjutnya para siswa memainkan game turnamen dalam kemampuan yang homogeny, memberi penghargaan kepada kelompok yang mencapai skor dengan kriteria tertentu. Berikutnya Siswa mengerjakan kuis individual untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. (*)