Oleh: Sri Rahayuni, S.Pd.
Guru IPS SMP N 2 Sayung, Kab. Demak
PENDIDIKAN merupakan kunci untuk menumbuhkan kembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sesuai tujuan pendidikan nasional. Yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia. Kemudian sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab.
Pembelajaran IPS di sekolah cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan. Proses pembelajaran berpusat pada guru dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPS di perpustakaan sekolah. Metode yang digunakan didominasi metode ceramah. Peserta didik tidak terlibat bahkan cenderung pasif, sehingga perolehan hasil belajar IPS tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai pada khususnya materi Keberagaman Lingkungan Sosial.
Guru-guru sebagian besar masih menggunakan cara tradisional. Dimana guru menjelaskan materi pembelajaran, dan siswa mendengarkan pembelajaran. Cara tersebut akan menyebabkan peserta didik cenderung pasif dan kurang kreatif. Akibatnya siswa akan kehilangan motivasi belajar.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat, efektif, dan menyenangkan. Yakni dengan metode model pembelajaran make a match (mencari pasangan). Metode tersebut dikembangkan oleh Lom Curran pada tahun 1994. Pada model ini, peserta didik diminta mencari pasangan dari kartu. Aqib Zainal (2013:23) menurut Tarmizi dalam Novia (2015:12) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match artinya peserta didik mencari pasangan. Setiap peserta didik mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban). Lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu ia pegang. Model pembelajaran make a match merupakan suatu teknik pembelajaran yang sederhana tetapi memiliki keunggulan yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
Kelebihan model pembelajaran ini antara lain dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik baik secara kognitif maupun fisik. Karena ada unsur dalam permainan metode ini yang menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Selain itu, efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk tampil presentasi dan aktif melatih kedisiplinan peserta didik menghargai waktu untuk belajar. Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini antara lain jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik akan banyak waktu yang terbuang. Pada awal-awal penerapannya, banyak peserta didik yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
Langkah-langkah meningkatkan motivasi belajar IPS kelas VII D SMPN 2 Sayung Demak melalui pembelajaran model make a match di antaranya sebagai berikut. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Tiga peserta didik mencari pasangan mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban). Peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu beri poin. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya dan seterusnya.
Kesimpulannya adalah penggunaan model make a match di kelas VII D SMPN 2 Sayung Demak dapat meningkatkan prestasi dari hasil belajar peserta didik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran serta meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik. (*)