Oleh: Iwan Kuntoro, S.Pd.SD
SDN 02 Sitemu, Kec. Taman Kab. Pemalang
MEMBACA adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Faktor-faktor yang mendasar untuk menumbuhkan budaya membaca pada murid di antaranya adalah peran lingkungan sekitar, paparan yang didapat murid, serta akses murid terhadap buku. Hal tersebut harus diperhatikan sebelum kita membahas kecintaan murid terhadap buku mata pelajaran.
Minat baca bukanlah sesuatu yang bisa muncul tiba-tiba seiring dengan bertambahnya usia. Tetapi perlu ditanamkan sejak murid masih kecil atau masih di kelas awal. Apabila anak tumbuh di keluarga dengan budaya membaca tinggi, maka itu akan mendorong dia untuk lebih berminat membaca lebih baik. Sebaliknya, jika anak dilahirkan di keluarga yang budaya membacanya lebih rendah. Meskipun dia punya akses terhadap buku-buku yang baik tetap saja minat membacanya rendah. Anak perlu mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan terlebih dahulu sebelum kita meminta mereka membaca buku yang lain apa lagi buku pelajaran.
Cara guru yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca mereka di sekolah antara lain, pertama kita perlu menumbuhkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri. Untuk memulainya, biarkan si murid memilih sendiri buku yang mau meraka baca termasuk cara membacanya dan proses membacanya. Biarkan mereka menjalani dan menikmati prosesnya.
Kita tidak perlu banyak mengintervensi apalagi memberikan tugas dan latihan setelah mereka membaca. Guru juga bisa merancang kegiatan membaca yang menyenangkan seperti mendongeng, membaca lantang atau read aloud, diskusi buku, dan menggabungkan membaca dengan aktivitas lain. Misalnya seperti menggambar. Pada intinya mulai dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan oleh murid dan sekolah. Amati dan nikmati prosesnya bersama murid.
Biasanya membaca diiringi dengan aktivitas menulis. Mengapa murid sulit mencurahkan ide saat menulis? Ini biasanya terjadi karena murid khawatir salah atau mereka kurang dimotivasi untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan. Jadi sebagai guru kita perlu menunjukan kepada murid bahwa menulis adalah kegiatan yang dapat dilakukan sehari-hari. Dari hal-hal yang sederhana, misalnya pada saat pergi belanja bersama orang tua. Meraka dapat diajak menganali huruf atau tulisan pada kemasan yang ada di toko. Murid juga bisa diajak menulis jadwal kegiatan sehari-hari yang ada di rumah. Dari kegiatan sederhana sehari-hari seperti itu.
Bagaimana caranya agar murid lebih tertarik dengan kegiatan menulis di kelas? Guru bisa menggunakan sumber-sumber belajar yang menarik untuk memantik ide tulisan murid. Bacaan yang dipilih sebaiknya bukan dari buku teks kita bisa pilih ensiklopida bergambar, buku cerita, cerpen, artikel, poster, atau yang lainnya. Bacaan yang beragam dapat membuat murid bisa menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan mereka sehari-hari. Guru harus melengkapi koleksi buku di kelas dengan buku-buku pengayaan yang sesuai dengan materi.
Guru perlu menyediakan koleksi bacaan yang beragam, baik koleksi dari buku fiksi maupun nonfiksi dengan variasi tema yang mempertimbangkan preferensi gender, usia, dan ragam minat murid. Koleksi bacaan juga perlu memiliki bacaan dengan jumlah teks yang sesuai dengan kemampuan membaca murid.
Minat menulis sangat berhubungan dengan dengan minat membaca, karena keduanya saling melengkapi. Menulis biasanya terintegrasi denga membaca. Karena penulis yang baik biasanya merupakan pembaca yang baik juga. Membaca telah terbukti dapat meningkatkan kualitas tulisan murid. Sebaliknya, menulis juga dapat meningkatkan pemahaman dan kelancaran membaca murid. Sudahkan kita menjadi teladan membaca dan menulis? Guru yang suka membaca dan menulis dapat menularkan kegemarannya kepada murid dengan cara yang menarik. (*)