Tingkatkan Kreativitas Anak dengan Membatik

Oleh: Endang Setyawati, S.Pd.SD., M.Pd.
Guru SD N Singorejo, Kec. Demak, Kab. Demak

SETIAP anak memiliki sifat yang unik dan terlahir dengan potensi yang berbeda-beda dengan memiliki kelebihan bakat serta minat sendiri. Kreativitas anak tidak dapat berkembang apabila anak tumbuh di dalam lingkungan yang otoriter. Dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh anak harus sesuai dan patuh dengan aturan tertentu.

Setiap anak memiliki bakat kreativitas yang dapat dikembangkan sejak kecil. Bakat yang tidak dikembangkan sejak dini maka bakat tersebut tidak berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Menurut Clarkl Montakis, psikolog humanistik terkemuka mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan serta mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Untuk mempertahankan daya kreativitas anak, para pendidik harus memperhatikan sifat natural anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas. Sifat-sifat natural yang mendasar inilah yang harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan lagi, sehingga sifat kreatif mereka tidak hilang.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Salah satu kegiatan dalam mengembangkan kreativitas anak yaitu melalui kegiatan membatik. Pengertian membatik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah membuat corak atau gambar (terutama dengan tangan) dengan menerapkan malam pada kain. Menurut  (Studi et al., 2020), kegiatan membatik merupakan kegiatan yang dilakukan menggunakan kain putih yang diberi warna dengan alat lukis yaitu canting sebagai bahan dalam membatik teknik lukis.

Sedangkan menurut Almi (2021), aktivitas dalam kegiatan membatik adalah aktivitas yang dilakukan dengan menggambarkan beberapa motif khas batik. Adapun peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk membatik yaitu wajan dan kompor untuk mencairkan lilin batik atau malam, canting untuk membatik di atas kain. Kemudian kuas untuk mencolet kain batik, pensil atau pensil warna untuk membuat motif di atas kain, gelas air mineral bekas untuk wadah pewarna. Lalu kain mori prima atau primisima, malam atau lilin batik, dan pewarna batik.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Mulai tahun pelajaran 2021/2022, SD Negeri Singorejo menerapkan kurikulum merdeka bagi siswa kelas 1 dan 4. Untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dengan terciptanya pelajar Pancasila, SD Negeri Singorejo di tahun pelajaran 2022/2023 melaksanakan P5 dengan memilih salah satu tema. Yaitu kearifan lokal dengan topik Aku Cinta Batik. Topik ini diambil karena batik merupakan warisan dunia dari negara Indonesia dan menjadi ciri khas dari budaya Indonesia. Kegiatan membatik bertujuan untuk mengembangkan pola pikir, sikap, serta kemampuan motorik melalui menggambar motif batik serta meningkatkan kreativitas anak.

Kegiatan membatik yang dilakukan di SD Negeri Singorejo dimulai dari pengenalan jenis-jenis batik. Di antaranya batik tulis, batik cap, batik ikat celup, dan batik printing. Untuk lebih mengenalkan batik, guru kemudian mengajak para siswa untuk berkunjung ke salah satu sentra batik yang berada di Desa Karangmlati Demak. Disana siswa mulai dikenalkan dengan alat-alat membatik dan mendapatkan penjelasan bagaimana cara membuat batik.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Siswa kemudian mempraktikan langsung cara membuat batik tulis dengan alat dan bahan yang sudah disiapkan. Setelah siswa mendapat penjelasan dari pengrajin batik, mereka kemudian membuat batik sederhana yang dimulai dari membuat pola dikain. Berikutnya pemberian malam, pewarnaan dan penghilangan lilin (nglorod). Selama  proses pembuatan batik ini siswa sangat antusias dan bersemangat.

Melalui kegiatan membatik, anak dapat berkreasi dengan membuat pola batik sesuai dengan kreativitas, imajinasi dan keinginannya sendiri. Hal inilah yang membuat kegiatan ini menarik bagi anak. Selain itu, anak juga lebih aktif, inovatif, serta percaya diri ketika melakukan kegiatan serta mengenalkan budaya bangsa sendiri. Sehingga timbul rasa nasionalisme. (*)