Oleh: Risnowati, S.Pd
Guru SDN 03 Kaliprau, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
PROSES pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas. Dalam hal ini, tentu bukan hanya peran pemerintah yang diperlukan. Namun juga upaya dan dukungan dari kalangan pendidik, peserta didik, serta wali peserta didik. Oleh karena itu, mencoba berbagai model, strategi, serta metode pembelajaran merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi aktif, efektif, dan mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran matematika pada kelas 1 bukan termasuk hal yang mudah untuk dilakukan. Kompetensi membaca, menulis, dan berhitung diberikan, sebagai pelajaran dasar upaya untuk membekali anak usia dini memasuki jenjang pendidikan pada sekolah dasar. Pengerjaan penjumlahan bagi peserta didik dapat diupayakan dengan beberapa cara. Antara lain penjumlahan dengan membilang, mengelompokkan, cara biasa, hukum komutatif, bersusun, garis bilangan, dan dapat dilakukan melalui soal cerita dengan pemilihan kata yang sesuai dengan jenjang peserta didik.
Pengertian pengurangan yang pertama ditanamkan pada peserta didik adalah pengambilan, dan ini dapat diupayakan dengan beberapa cara. Yaitu dengan tabel, garis bilangan, cara biasa, dan bersusun yang dapat dilakukan melalui soal cerita dengan pemilihan kata sesuai dengan jenjang peserta didik.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Dutch (1995), problem based learning adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa agar mampu belajar berpikir kritis. Kemudian memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan.
Dalam implementasinya, proses pembelajaran yang menerapkan metode problem based learning menekankan sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Langkah-langkah dalam metode prmbelajaran ini adalah sebagai berikut. Pertama, orientasi siswa terhadap masalah. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya disajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Sebagai guru, kita juga diharapkan mampu memberi motivasi agar setiap siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah.
Kedua, mengorganisir siswa. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi. Selanjutnya, setiap anggota dalam kelompok menyampaikan informasi yang sudah dimiliki mengenai masalah yang ada. Kemudian, akan terjadi diskusi yang membahas informasi faktual dan juga informasi yang dimiliki setiap siswa.
Ketiga, membimbing penyelidikan. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan eksperimen, menciptakan, dan membagikan ide mereka sendiri. tujuannya untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Yakni guru membantu siswa dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya. Jangan lupa untuk menyesuaikan data dengan masalah yang telah dirumuskan. Peserta didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah.
Kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Yaitu guru mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses yang telah dijalankan dalam penyelidikan. Guru dan siswa bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. Setelah proses pembelajaran selesai, guru diharapkan tetap memberikan penguatan.
Peran guru dalam problem based learning berbeda dengan peran guru dalam kelas. Guru dalam problem based learning harus berpikir tentang beberapa hal. Yaitu bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar. Lalu bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya. Terakhir adalah bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang aktif. (*)