Oleh: Nanik Suwarni, S.Pd.SD
Guru SD Negeri Sedo 2, Kec. Demak, Kab. Demak
AMIN Kuneifi Elfachmi (2016:13) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Baik secara formal melalui sekolah maupun informal, dari pendidikan di dalam rumah dan masyarakat. Salah satu materi di kelas 3 SD yaitu terkait keadaan cuaca pada pembelajaran IPA.
Menurut Darmojo dalam Usman Samatowa (2016:2), IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Kondisi di kelas 3 SD Negeri Sedo 2 Demak, sebagian besar siswa kesulitan memahami materi. Sehingga hasil belajar rendah, dikarenakan siswa bersikap pasif. Di samping itu, guru kurang efektif dalam menggunakan media saat mengajar serta lebih cenderung mengajar monoton, dan kurangnya motivasi belajar siswa. Maka diperlukan media yang tepat untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Yakni dengan menggunakan media visual gambar.
Menurut Azhar Arsyad (2013:2), media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya. sedangkan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya, media visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.
Menurut Yustina Supartini (2011:18), langkah-langkah pembelajaran menggunakan media gambar dimulai dengan peserta didik dibagi menjadi beberapa grup sesuai dengan kepentingan. Selanjutnya, guru menyiapkan media gambar, menunjukkan gambar-gambar sesuai materi pembelajaran, dan menjelaskan materi pembelajaran. Masing-masing peserta didik mencermati gambar.
Setelah itu guru membagi lembar kerja kepada masing-masing grup. Masing-masing anggota grup mengerjakan lembar soal, lalu membacakan hasil diskusi soal. Kemudian meluruskan jawaban dan menarik kesimpulan terhadap pembelajaran, serta dilanjutkan dengan evaluasi.
Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut. Pertama, memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Kedua, mengenai keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Misalnya Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar film, atau model. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal. Objek yang terlalu komplek (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
Ketiga, penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Model pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. Selain itu, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Keempat, dengan sikap yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda. Sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan. Yaitu dengan kemampuannya dalam memberi perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Setelah penggunaan media visual gambar di kelas 3 SD Negeri Sedo 2 Demak nyatanya dapat meningkatkan motivasi belajar. Keterlibatan siswa selama pembelajaran serta terbantu dalam memahami materi keadaan cuaca dalam pembelajaran IPA. Hal ini tentu saja melejitkan hasil belajar siswa. (*)