Oleh: Dewi Seftiyani, S.Pd., M.Pd
Guru IPS SMP N 1 Demak
DI era transisi masa-masa sesudah wabah covid-19 seperti saat ini, banyak kita jumpai peserta didik yang kesiapan dalam menghadapi proses belajar mengajar sangat kurang. Mereka memiliki sikap kedisiplinan dan keinginan untuk belajar rendah karena pembiasaan selama masa pendemi yang kurang terpantau oleh pendidik.
Hal yang tidak mudah untuk membiasakan kebiasaan yang terpola cukup lama. Ditambah lagi dalam proses pembelajaran materi yang harus dikuasai banyak, Namun alokasi waktunya tidak mencukupi. Sehingga membuat hasil pembelajaran kurang efektif sesuai harapan dari kurikulum itu sendiri.
Untuk mengatasi keterbatasan alokasi waktu tersebut, peneliti mengupayakan memberikan semacam metode resitasi atau tugas, sebagai sebuah selingan dan tekhnik penyajian pembelajaran untuk mengatasi banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPS.
Metode resitasi merupakan metode penyajian materi ajar dimana pendidik dalam proses pembelajaran memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan pembelajaran mandiri di luar jam pembelajaran atau pada saat jam pembelajaran yang dirancang seefektif mungkin. Menurut Roestiyah (1989), resitasi merupakan suatu metode dengan cara menyusun laporan hasil pembelajaran yang telah dipelajari.
Biasanya metode ini sebagai upaya pendidik agar hasil proses pembelajaran kualitasnya bisa lebih meningkat karena sekenario pembelajaran biasanya lebih mengaktifkan peserta didik. Sebenarnya metode ini dalam istilah umum sudah kita kenal dengan sebutan pekerjaan rumah. Namun dalam metode ini terbagi dalam tiga fase. Antara lain pendidik memberi tugas, anak didik melaksanakan tugas (belajar), dan siswa mempertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari (resitasi).
Penerapan metode resitasi diterapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Sebab dalam prakteknya menggunakan teknik penugasan yang pelaksanaan disertai latihan-latihan. Sehingga peserta didik lebih terasah dan sesuai dengan materi dalam belajar, juga mengajarkan peserta didik untuk mendisiplinkan diri. Selain itu, bertanggungjawab menyelesaikan tugasnya secara mandiri yang juga melatih pengalaman mengatasi permasalahan di dalam pelaksanaannya.
Dengan metode ini, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk saling membandingkan hasil tugas yang diselesaikan peserta didik yang lain. Kemudian menarik anak didik agar belajar lebih baik, punya tanggung jawab, dan berdiri sendiri. (Roesriyah N. K, 1989).
Peneliti menerapkan metode ini dalam proses pembelajaran pada siswa kelas IX-A SMP N I Demak yang berjumlah 32 peserta didik. Penelitian dilakukan pada pembelajaran materi masa Kemerdekaan yang waktu pembelajarannya selama empat jam pelajaran dalam sepekan. Penelitian ini dilaksanakan selama empat kali pertemuan dengan menerapkan metode yang telah direncanakan.
Terbukti efektifitas penggunaan metode resitasi bisa dilihat dari meningkatkan kesiapan belajar peserta didik. Kemudian menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas IX-A mapel IPS di SMP Negeri 1 Demak. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan terhadap kreativitas siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
Namun tentu masih ada kendala-kendala yang dihadapi dilapangan. Utamanya adalah masalah keterbatasan waktu dalam penyelesaian tugas. Selain itu, masalah utama yang sering dihadapi pendidik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas (Suryanto dalam Kurnia Triyuli, 1997). Pengeloaan kelas memang masalah yang sedemikian banyaknya. Namun pendidik dapat merencanakan pengelolaan kelas sedemikian rupa. Sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pengajaran dengan hasil maksimal dan penerapan yang seefektif mungkin.
Dari permasalahan yang dihadapi pada pembelajara IPS, ternyata metode resitasi ini secara efektif dan efisien kualitas dan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Semoga penelitian ini bisa menambah khasanah baru dunia pendidikan, khususnya IPS. (*)