Kepemimpinan Murid Pada Anak Usia Dini

Oleh: Herlina, S.Pd
Guru Kelas B TK Kuncup Mekar Desa Kuwu Kecamatan Dempet Kabupaten Demak

ANAK usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah usia 6 tahun. Pemerintah melalui Undang- undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mendifinisikan anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Batasan yang dipergunakan oleh The National Association For The Eduction Of Young Children (NAEYC) dan para ahli pada umumnya adalah: “Early childhood” adalah anak sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun, jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada proses pertumbuhan serta perkembangan dan bersifat unik. Seorang anak pada usia tersebut juga memiliki pola perkembangan yang khusus. Anak – anak lahir dengan keunikan karakter masing-masing, ada karakter anak yang lebih suka bersosialisasi dan yang lainnya pemalu. Beberapa anak terlalu kaku, tapi juga ada yang menunjukkan keberanian yang luar biasa. Namun, bagaimana pun juga, anak-anak memiliki potensi dalam mengembangkan sifat atau karakter yang baik seiring berjalannya waktu.

Pembelajaran yang dilakukan selama ini belum maksimal terkadang, guru atau orang dewasa sering memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan, atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya, dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Hal ini pula yang terjadi di kelas B TK Kuncup Mekar Desa Kuwu Kecamatan Dempet Kabupaten Demak.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Proses pembelajaran dari prinsip pembelajaran TK yaitu bermain. murid harus menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini. Program kegiatan yang kita buat di sekolah seharusnya dirancang dan dibuat perlu memperhatikan aspek yang dimiliki siswa suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah: Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya dan mengurangi kontrol kita terhadap mereka.

Kesimpulannya kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. kepemimpinan pada akhirnya adalah sebuah upaya sadar dan akademis yang wajib dilakukan oleh guru sekaligus pendidik dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan menyediakan kesempatan murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pelajar pancasila yang berkarakter. Seperti hal nya yang sudah dilaksanakan di Kelas B TK Kuncup Mekar Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. (*)