Oleh: Herwantoyo, S.Pd
Guru SDN 01 Majakerta, Kec. Watukumpul, Kab.Pemalang
KEBERHASILAN siswa selama ini diukur dari seberapa tinggi prestasi atau keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Dalam mencapai Tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar, SDN 01 Majakerta banyak mengalami kesulitan.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya. Bertitik tolak dari hal tersebut, perlu ada pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Maka, pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau materi pokok yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan metode make a match diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan metode ini, siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep tentang anggota tubuh yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
Sugiharto (2007:3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia. Baik secara individu maupun kelompok, untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu. Yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.
Ada empat alasan sains dimasukan di kurikulum sekolah dasar. Yaitu pertama, IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
Kedua, bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga, bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. Keempat, mata pelajaran ini mempunyai nilai–nilai pendidikan. Yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA. Kemudian memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA, serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut. Pertama, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Kedua, setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. Ketiga, tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Keempat, setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang berisi gambar hewan akan berpasangan dengan ciri khusus yang dimiliki.
Kelima, setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya, ia akan mendapatkan hukuman yang sebelumnya telah disepakati bersama. Keenam, setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.
Ketujuh, siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. Make a match diharapkan dapat memberi opsi pembelajran berproses yang lain yang lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam mencerna materi Ciri Makhluk Hidup. (*)