Tingkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Diferensiasi

Oleh: Ary Kustiyani, S.Pd.SD., M.Pd.
Guru SD Negeri Pamongan 2, Kec. Guntur, Kab. Demak

KEBERHASILAN pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait. Antara lain guru (pendidik), siswa (peserta didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode atau pola penyampaian bahan ajar. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di SD ditujukan untuk memberikan bekal dasar yang disesuaikan dengan karakteristik usia anak. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa antara lain adalah aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik.

Metode memegang peranan penting dalam rangkaian sistem pembelajaran. Maka dari itu, diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam memilih metode pembelajaran. Guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, keterampilan proses, perhatian, dan keaktifan siswa. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna (Depdiknas, 2006:2). Guru juga dituntut untuk menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Baik sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Hasil belajar siswa dapat diupayakan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Yaitu usaha  untuk  menyesuaikan  proses  pembelajaran  di  kelas  guna  memenuhi  kebutuhan  belajar  setiap  individu.  Penyesuaian yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, minat. Adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan mengenali minat siswa, guru dapat merencanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna.

Kedua, profil belajar siswa yang terkait dengan banyak faktor. Seperti bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga profil belajar yang berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Ketiga, kesiapan belajar (readiness). Yaitu kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan, siswa akan terbawa untuk keluar dari zona nyaman.

Terdapat tiga strategi diferensiasi di antaranya sebagai berikut. Pertama, direfensiasi konten. Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Kedua, diferensiasi proses. Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara menggunakan kegiatan berjenjang. Kemudian menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat. Lalu membuat agenda individual untuk murid. Yakni daftar tugas dan memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Setelah itu, mengembangkan kegiatan yang bervariasi.

Ketiga, diferensiasi produk. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya. Produk yang diberikan meliputi hal yang memberikan tantangan dan keragaman atau variasi. Yakni memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya.

Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Antara lain setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan. Di samping itu, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi. Selanjutnya, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dengan adanya dampak tersebut, akan tercapai hasil belajar yang optimal. (*)