Mindfulness Menuju Peserta Didik Berprofil Pelajar Pancasila

Oleh: Slamet, S.Pd.SD., M.Pd
Guru SD Negeri Jatimulyo, Kec. Bonang, Kab. Demak

KURIKULUM Merdeka telah diterapkan hampir di sekolah-sekolah tanah air melalui Sekolah Penggerak. Baik tahap 1 untuk kelas 1, 2, 4, dan 5 serta tahap 2 untuk kelas 1 dan 4. Selain itu sekolah yang belum mendapat label Sekolah Penggerak juga sudah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka dalam Implementasi Kurikulum Merdeka bagi kelas 1 dan 4.

Kurikulum merdeka sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila. Selain memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, hendaknya seorang pendidik juga memenuhi kebutuhan mental peserta didik agar menjadi seseorang yang memiliki kepribadian lebih baik. Untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dan psikis peserta didik, dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah melalui kegiatan-kegiatan positif yang membentuk peserta didik memiliki pribadi yang baik. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif. Kemudian merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun, dan mempertahankan hubungan yang positif, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Salah satu pengintegrasian yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sosial emosional ke dalam pembelajaran berdiferensiasi yang sudah diterapkan di SD Negeri Jatimulyo adalah dengan menerapkan mindfulness. Kesadaran penuh (mindfulness) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis. Seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Salah satu mindfulness yang sudah dilakukan di SD Negeri Jatimulyo adalah mengawali berbaris sebelum masuk kelas.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Sebelum memasuki inti pembelajaran guru menanyakan secara klasikal kondisi perasaan peserta didik yang beragam. Setelah itu, peserta didik diajak mindfulness melalui teknik STOP (stop/berhenti, take a deep breath/tarik napas dalam, observe/amati, dan proceed/lanjutkan). Teknik ini diawali dari instruksi-instruksi guru dengan mendengarkan musik yang menenangkan jiwa yang dikolaborasikan dengan kata-kata seorang guru yang memandu peserta didik untuk sadar penuh dengan kondisi yang dialami sesuai arahan guru.

Misalnya, sambil mendengarkan musik suara alam yang menenangkan. Guru meminta peserta didik untuk duduk dengan posisi yang nyaman sambil memejamkan mata mengikuti instruksi guru membayangkan sesuatu yang terjadi sambil menarik nafas dalam hitungan satu sampai empat kemudian menghembuskannya. Hal ini dilakukan beberapa kali sesuai kemampuan guru untuk mengajak peserta didiknya melepaskan semua perasaan yang kurang baik menjadi perasaan yang lebih tenang dan menyenangkan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Selain mindfulness, salah satu cara untuk melatih sosial emosional peserta didik adalah melalui story telling. Yakni cara yang dilakukan guru atau peserta didik untuk menyampaikan sebuah cerita yang dapat dilakukan. Baik secara individu maupun berkolaborasi. Story telling dipilih karena peserta didik suka bercerita. Sehingga mereka dapat mengutarakan perasaannya melalui story telling yang telah dilakukan sesuai urutan yang telah ditentukan.

Guru melakukan story telling ketika berliterasi sebelum pembelajaran dimulai atau pada saat apersepsi, sedangkan peserta didik ber-story telling ketika berliterasi sesuai urutan yang telah ditentukan. Baik guru maupun peserta didik menggunakan boneka hasil karyanya sendiri sesuai dengan kesukaan dan kemampuannya. Saat ber-story telling, peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam mendongeng, menggunakan beberapa suara yang tentunya akan lebih menarik perhatian dan mengundang gelak tawa. Hal ini menjadikan pembelajaran semakin menarik dan menyenangkan. (*)