Dongkrak Hasil Belajar IPS melalui Make a Match

Muhimatul Chusna, S.Pd

Oleh: Muhimatul Chusna, S.Pd
Guru SDN 02 Lawangrejo, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang

SEBAGIAN besar guru sekolah dasar merasa kesulitan dalam menyajikan muatan pelajaran IPS. Terutama dalam hal penggunaan model, metode, atau media pembelajaran. Maka, guru pada umumnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, atau penugasan dalam menyajikan materi di dalam muatan IPS. Misalnya Globalisasi; Sejarah Hindu, Buddha, dan Islam; Mendeskripsikan Tentang ASEAN; dan lain sebagainya. Kesulitan dirasakan karena muatan tersebut lebih banyak materi yang berupa hafalan. Bagi siswa yang memiliki daya ingat rendah, materi IPS ini terasa sangat membosankan.

Penulis sebagai guru kelas VI SDN 02 Lawangrejo, memiliki permasalahan atau kesulitan yang sama dalam menyajikan materi IPS. Terutama pada kompetensi Mendeskripsikan Kerja Sama Negara Anggota ASEAN. Ceramah dan tanya jawab, tidak cukup mendongkrak hasil belajar. Dibuktikan dengan banyaknya siswa yang belum mengalami ketuntasan belajar.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Untuk mengatasi hal tersebut, penulis memilih model pembelajaran make a match yang disajikan dengan model permainan di dalam kelas. Dengan penerapan model pembelajaran ini, harapannya siswa dapat memperoleh ketuntasan belajar lebih dari 75%. Apa dan bagaimana make a make diterapkan di dalam pembelajaran, akan dijabarkan sebagai berikut.

Menurut Rusman (2018, hlm. 223), model pembelajaran make a match merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif. Yakni bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Anggota kelompok terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Sementara itu, menurut Komalasari (2017, hlm. 85), make a match merupakan model pembelajaran yang mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Pendapat ini tentunya masih senada pendapat Rusman. Namun langsung mengerucut pada teknis pelaksanaannya.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Pada pembelajaran Mendeskripsikan Kerja Sama Negara Anggota ASEAN, guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, guru membagi siswa menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok pemegang kartu soal dan kelompok pemegang kartu jawaban. Kedua, guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep tentang kerja sama ASEAN. Satu bagian merupakan kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Lalu bersama siswa, guru mengondisikan kelas agar menjadi lapang guna memudahkan permainan mencari pasangan,

Ketiga, masing-masing siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Keempat, guru memberi aba-aba pada masing-masing siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Kelima, masing-masing siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

Keenam, jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Ketujuh, setelah satu babak selesai, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Kedelapan, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Make a match yang disajikan dengan model permainan, terbukti dapat mendongkrak hasil belajar siswa pada kompetensi tersebut. Ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu lebih dari 75%. Selain itu, gairah belajar pada pembelajaran IPS dapat meningkat pula. Kelas terasa lebih hidup dengan adanya interaksi dan keterlibatan semua siswa.

Masing-masing siswa saling bekerja sama dan berlomba-lomba memperoleh nilai terbaik. Keadaan tersebut mendorong guru agar menerapkan model pembelajaran ini pada muatan pelajaran yang lain dan merekomendasikan kepada guru kelas yang lain untuk menggunakan model make a match. (*)