Oleh: Istiqomah Nur Oktavia, S.Pd.SD
Guru SDN 02 Purwosari, Kec. Comal, Kab. Pemalang
MATA pelajaran pendidikan Pancasila kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang fokus pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Permasalahan dalam pembelajaran PPKn yaitu guru kurang dalam mengaktifkan siswa, mengoptimalkan penggunaan media, dan menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Permasalahan juga terjadi pada siswa. Yaitu siswa pasif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, dalam diskusi kelompok, serta kurangnya ketertarikan mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga mereka tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa cepat merasa bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran PPKn. Dampak yang dirasakan adalah rendahnya motivasi belajar, yang mana motivasi belajar mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi dapat dikatakan antara aspek-aspek tesebut memiliki korelasi (Faiz Noormiyanto, 2018).
Motivasi belajar berperan sebagai stimulus untuk merangsang minat dan gairah belajar peserta didik. Khususnya di sekolah dasar (Rananda, 2016). Permasalahan tersebut berdampak pada rendahnya motivasi belajar dan prestasi belajar siswa menerapkan solusi alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif scramble.
Kooperatif scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal (Fadmawati, 2009). Menurut Hesti Damayanti (2010:3-4), scramble adalah model pembelajaran yang menggunakan penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok. Memerlukan adanya kerjasama antar anggota kelompok dengan berfikir kritis, sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Dari uraian diatas, tercermin pembelajaran inovatif yang menciptakan keaktifan dan kooperatif dalam menyelasaikan permasalahan. Sehingga manumbuhkan berfikir kritis pada siswa. Hal itu menjadi solusi dari permasalahan pembelajaran PPKn.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif scramble adalah sebagai berikut. Pertama, guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. Kedua, guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut.
Ketiga, siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. Keempat, siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif scramble yaitu tidak ada siswa yang pasif atau hanya diam. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. Siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai, dan tanpa tekanan. Karena model pembelajaran scramble memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain dan menumbuhkan rasa solidaritas di antara anggota kelompoknya. Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat siswa. Model pembelajaran scramble juga mendorong siswa lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju.
Manfaat yang diperoleh siswa di antaranya adalah kesulitan istilah dalam materi dapat teratasi, lebih termotivasi untuk belajar, serta adanya peningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi. Sedangkan guru mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu motivasinya adalah meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi untuk dapat memperbaiki sistem pembelajaran. Kemudian memberikan layanan yang terbaik bagi siswa dan mampu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap serius. Hal tersebut menjadi tujuan dan harapan dalam proses pembelajaran bagi guru. (*)