TERDAPAT 94 stand kuliner yang berdiri di Aloon-aloon Semarang selama Ramadan. Salah satunya adalah stand Nasi Kebuli dan Nasi Langgi D’Jun.
Santapan nasi yang memiliki kandungan kaya akan rempah menjadi ciri khas sendiri pada kuliner ini. Bertambah dengan ragam lauk di antaranya tempe kering, acar, sambal goreng, ungkep dan empal kelem di atasnya menambah cita rasa.
Putri Kedua D’Jun, Diah Ayu (35) mengaku sejak kecil sudah sering membantu ibunya berjualan di rumah. Dulu nasi kebuli dan nasi lingga dijual hanya pada saat sang ibu mendapat pesanan. Namun kini setiap hari di bulan Ramdan full berjualan di Aloon-Aloon Semarang.
“Kalau Ibu sudah jualan sejak saya kecil, dulu di rumah jual nasi rames, tahu gimbal, bakmi jowo. Nah kalau nasi kebuli, nasi langgi itu cuma pesanan dulu tapi sekarang full jualan itu di sini,” katanya saat ditemui di lapaknya, Senin (10/4) sore.
Ada 12 pilihan yang terpampang di buku menu stand D’Jun. Dari menu tersebut, selama Ramadan nasi kebuli dengan lauk daging sapi dan telur menjadi yang terlaris.
“Paling laris selama Ramadan itu lebih pada suka nasi kebuli telur dan daging yang paket dengan harga Rp 25 ribu,” ujar Ayu.
Harga makanan di stand milik D’Jun dibandrol mulai harga Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Buka setiap hari selama Ramadan mulai pukul 3 sore hingga 10 malam.
Ayu mengaku selama Ramadan ini, dagangan milik ibunya terbilang lebih ramai. Setiap hari dirinya menyediakan lebih dari 100 porsi yang pasti selalu habis.
“Alhamdulillah selama ramadan tuh lebih ramai daripada hari Jumat, Sabtu dan Minggu kalau nggak hujan. Ya ngga mesti ya, kalau pas ramai itu bisa 100 porsi lebih mungkinnya. Karena kita pernah bawa satu ball steroform itu tambah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ketika disinggung terkait ciri khas dari masakan D’Jun dengan kuliner lain, Ayu mengaku rahasianya ada pada olahan daging sapi yang di ungkep dan sambal gorengnya. “Yang jadi ciri khas nasi kebuli itu ungkep sama sambal goreng. Karena kalau ungkep di saya itu kan pedas manis,” ucapnya.
Ayu pun berkisah, bahwa resep masakan yang dimiliki sang ibu berasal dari lingkungan dirinya tinggal. Yakni di daerah Pekojan Tengah, Kota Semarang yang hingga kini banyak warganya adalah keturunan Arab.
“Ibu asli Jawa dan bapak asli Arab tinggal di Pekojan Tengah. Jadi ibu dapat resep masakan dari lingkungan sekitar situ,” tutupnya.
Salah satu pembeli, Faisal Najib (40) warga Layur, Semarang mengaku membeli nasi kebuli karena memang menyukai hidangan kaya rempah itu. Selain itu makanan khas Arab itu juga cocok ketika dimakan saat buka puasa.
“Memang suka sekali sama nasi kebuli sejak muda. Makanan ini kan enak juga rasanya, banyak rempahnya,” ungkapnya. (luk/gih)