Cooperative Learning Tipe Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran

Oleh: Arofah, S.Pd
Guru SDN 01 Rowosari, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang

PENDIDIKAN kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Antara lain pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua. Semuanya itu diproses guna melatih siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang fokus pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Bertujuan untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Dapat dikatakan hasil belajar, apabila semua peserta didik aktif dan terevaluasi dalam pembelajaran.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran cooperative learning tipe index card match (ICM) adalah model mencari pasangan kartu. Model ini juga menjadi salah satu model pembelajaran kooperatif yang diawali dengan membuat beberapa potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada didalam kelas. Potongan kertas tersebut berisikan pertanyaan tentang materi dan jawaban atas petanyaan tersebut.

Kemudian semua kertas tersebut dikocok sehingga tercampur antara soal dan jawaban. Setiap siswa diberi satu kertas kemudian guru memberikan arahan akan aktivitas yang dilakukan secara berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban. Kemudian siswa diminta untuk menemukan pasangan mereka. Setelah menemukan pasangan, siswa diminta untuk duduk berdekatan dan diberitahukan untuk tidak memperlihatkan materi yang didapatkan kepada teman yang lain. Setelah semua siswa menemukan pasanganya, siswa diminta untuk membacakan dengan keras hasil soal yang diperoleh pada setiap pasangan secara bergantian. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasanganya masing- masing.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Model pembelajaran cooperative learning tipe ICM merupakan model pasangan kartu dengan sistem mencari pasangan kartu. ICM juga dikenal dengan istilah “mencari pasangan kartu”. Metode tersebut berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan.

Tentu saja penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada siswa agar metode ini menjadi lebih efektif. Metode ini sangat tepat untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Tipe ICM ini memiliki cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka melalui teknik mencari pasangan kartu. Siswa belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam susana yang menyenangkan.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Dalam metode ini, langkah-langkah pelaksanaan yang digunakan adalah pertama, menyiapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, atau yang sudah pernah dialami sebagai pengalaman. Kedua, membuat potongan kertas sesuai dengan jumlah siswa di kelas, yang berisi tentang pertanyaan dan jawaban. Ketiga, potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh jumlah siswa, dan yang berisi jawaban juga sejumlah separuh siswa yang hadir lainnya.

Keempat, siswa disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya. Setelah ketemu, suruh mereka duduk berdekatan dan mulailah satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya. Sementara siswa yang lain mendengarkan, barang kali ada kekeliruan pasangan. Kelima, guru mengoreksi dengan cara mendengarkan sekaligus menjelaskan bahwa metode ini sebagai latihan persiapan ujian akhir atau ulangan. (*)