Oleh: Aliyah, S.Ag
Guru MTs Miftahul Huda Jleper, Kec. Mijen, Kab. Demak
MAHARAH kitabah atau keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang cukup sulit. Karena, dengan menulis maharah kitabah, seseorang harus menerapkan kemampuan teknis dan produktif secara bersamaan. Kemampuan teknis adalah kemampuan untuk menuangkan tulisan bahasa Arab dengan baik dan benar. Meliputi penggunaan tanda baca, penggunaan kaidah bahasa, dan kebenaran tulisan (Abdul Hamid, 2013).
Maharah kitabah adalah kemampuan dalam medeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran. Mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks, yaitu mengarang (Acep Hermawan, 2014). Hal ini menjadikan siswa merasa bosan dan kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran.
Salah satu cara untuk mengatasi rasa bosan dan kurang antusias tersebut, penulis menggunakan metode teams games turnament (TGT). Yakni pembelajaran yang beraliran kepada model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan sistem kelompok dengan penyampaian dalam bentuk permainan-permainan akademik. Adapun kelompok adalah terdiri dari semua siswa yang sedang mengikuti pembelajaran dengan tanpa membedakan latar belakang siswa (Supriyono, 2013).
Pembelajaran ini mulai dikembangkan dan dikenalkan oleh Robert Slavin. TGT mampu merangsang dan meningkatakan motivasi serta keaktifan siswa. Menurut Salvin (2010), kelebihan model TGT adalah meningkatkan serta mengembangkan kemampuan berpikir, menambah keterampilan secara kelompok. Berikutnya menghapus pandangan yang berbeda atau diskriminasi terhadap ras, agama, warna kulit yang melatar belakangi pribadi siswa.
Dalam TGT, terdapat tutor sebaya yang mampu mengorganisir jalannya diskusi kelompok. Di samping itu, dapat meningkatkan interaksi antara siswa dengan siswa lain, memberikan keleluasaan kepada siswa untuk belajar dan berdikusi dengan temannya. Kemudian mencoba untuk meyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan prinsip yang jujur dan bertanggung jawab.
Turnamen yang diikuti masing-masing kelompok menjadikan suasana kelas tidak monoton dan terkesan kaku. Meskipun pembelajaran kelompok, model pembelajaran ini tidak mengabaikan peran dan kontribusi masing-masing siswa. Karena masing-masing siswa berpengaruh terhadap peningkatan perolehan nilai kelompok dalam turnamen,
Adapun kekuranagan model TGT adalah siswa masih menganggap model pembelajaran ini asing dan belum terbiasa. Hal tersebut menjadikan perlu adanya penjelasan yang dilakukan oleh guru sehingga cukup menghabiskan waktu dalam memulainya. Selain itu, ada kesulitan bagi guru dalam mengawalinya, karena pembentukan kelompok cenderug menjadikan suasana kelas menjadi tidak kondusif. Kemudian waktu yang dipelukan cukup lama, serta tidak dapat dilakukan hanya dalam satu pertemuan.
Langkah-langkah penerapan TGT yaitu pertama, penyajian kelas. Pada awal pembelajaran guru memulai dengan menyampaikan materi pembelajaran yang sedang dipelajari saat itu. Kedua, belajar kelompok. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan tiga sampai empat siswa yang beragam. Baik dari jenis kelamin, atau dari tingkat kemampuan siswa pada masing-masing kelompok.
Ketiga, permainan dirangcang oleh guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji tingkat kefahaman siswa terhadap materi. Permainan dilakukan pada meja-meja yang secara khusus telah disiapkan. Contohnya, meja pertandingan A digunakan untuk menyusun jumlah mufidah dari kata acak yang telah disediakan. Meja pertandingan B merupakan meja petandingan untuk menentukan tarkib dari suatu jumlah mufidah yang telah diberikan. Sedangkan meja C merupakan meja petandingan untuk insya (mengarang) jumlah mufidah.
Keempat, pertandingan. Pertandingan dilakukan secara bertahap oleh guru hingga semua siswa bisa melakukan pertandingan. Kelima, penghargaan kelompok, Penghargaan diberikan kepada salah satu kelompok yang meraih nilai paling tinggi dibandingkan kelompok-kelompok yang lain. Kelompok yang mendapatkan nilai total paling tinggi adalah kelompok yang berhak mendapatkan hadiah dari guru. (*)