Oleh: Inayah, S.Pd.
Guru SD N 02 Purwosari, Kec. Comal, Kab. Pemalang
DALAM kehidupan sehari-hari, pembiasaan merupakan hal yang sangat penting. Karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku. Tanpa pembiasaan, hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya.
Metode pembiasaan perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter. Tujuannya untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat terpuji dan baik, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif. Mengapa perlu diterapkan? Karena dalam keseharian peserta didik tidak begitu peduli dengan lingkungan sekitar sekolah. Terutama dengan sampah yang menumpuk dari daun pohon mangga dan sampah plastik yang berserakan di halaman sekolah. Sampah plastik ditimbulkan dari anak yang bermain di halaman pada sore hari. Akhirnya kami selalu mengandalkan penjaga sekolah untuk membersihkannya.
Dengan pembiasaan, guru bisa menjadi cermin peserta didik yang akan membentuk karakternya. Ahmad Tafsir (2010:144) mendefinisikan metode pembiasaan sebagai bentuk pendidikan yang dilakukan secara bertahap dan menjadikan pembiasaan itu sebagai teknik pendidikan yang dilakukan dengan membiasakan sifat-sifat baik sebagai rutinitas. Sedangkan menurut Anis Ibnatul M, dkk (2013:1), pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiasaan adalah pendidikan yang dilakukan secara secara berulang untuk membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar.
Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembisaan dikenal dengan istilah operan conditioning. Yakni mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, dan yang dibiasakan adalah sesuatu yang diamalkan.
Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, antara lain sebagai berikut. Pertama, mulailah pembiasaan sebelum terlambat. Kebiasaan positif maupun negatif akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya. Kedua, pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinu, teratur, dan terprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen, dan konsisten. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.
Ketiga, pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Keempat, pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik. Kemudian menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri. Sehingga menjadi keharusan di diri peserta didik sebagai karakter yang baik.
Akhirnya para guru bersepakat untuk berangkat lebih awal dan memberi contoh mengajak peserta didik mengambil sampah yang ada sekalipun ada penjaga sekolah sedang menyapu. Semua guru diharapkan datang lebih awal ke sekolah dan memberi contoh mengambil sampah, kemudian ditirukan peserta didik dan kegiatan itu setiap hari dilakukan. Hasilnya ketika guru datang belum mengambil sampah, para peserta didik langsung mengambil sampah.
Guru berjalan menuju ruang kantor sambil sesekali siswa datang mencium tangan guru walau tangan kiri penuh dengan genggaman sampah. Kegiatan pembiasaan itu tetap guru lakukan sampai sekarang ini dan itu menjadi cermin bagi siswa. Apa yang dilakukan guru pasti yang akan dilakukan siswa. Hal ini juga akan dilakukan anak ketika berada dirumah. Maka dari itu tetaplah tanamkan kebiasaan baik sehingga apa yang guru lakukan senantiasa menjadi cermin baik bagi siswanya. (*)